Tidak Setuju dengan Facebook, Brian Acton Sang Pendiri WhatsApp Pilih 'Buang' Saham Senilai $850 juta

Tidak Setuju dengan Facebook, Brian Acton Sang Pendiri WhatsApp Pilih 'Buang' Saham Senilai $850 juta Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kisah WhatsApp bermula dari dua insinyur perangkat lunak, Brian Acton dan Jan Koum, yang pertama kali bertemu saat bekerja di Yahoo!. Keduanya menghabiskan hampir satu dekade di Yahoo! dan menjalin pertemanan erat. 

Meskipun memiliki pekerjaan yang mapan, keduanya memutuskan untuk keluar dari Yahoo! pada tahun 2007. Menggunakan uang tabungan pribadi, keduanya berkeliling Amerika Selatan selama setahun. 

Sekembalinya dari perjalanan, mereka mencoba melamar pekerjaan ke Facebook, namun keduanya ditolak. Acton kemudian mencoba melamar ke Twitter pada tahun 2008, tetapi hasilnya juga sama. Meskipun begitu, keduanya tetap menganggap selalu ada peluang di depan. 

Pada Januari 2009, Koum membeli sebuah iPhone dan tertarik menjelajahi App Store yang saat itu masih baru. Ia melihat peluang besar dalam industri aplikasi mobile dan mencetuskan ide untuk membuat aplikasi yang memungkinkan pengguna menampilkan status singkat di samping nama mereka. Ide ini kemudian berkembang menjadi WhatsApp.

Pada Mei 2009, versi awal WhatsApp resmi diluncurkan. Awalnya, aplikasi ini berfokus pada fitur status seperti "Sedang Bekerja," "Baterai hampir habis," atau "Tidak dapat berbicara dalam rapat.". Nama "WhatsApp" dipilih karena terdengar seperti sapaan "What's up," yang sesuai dengan konsep status.

Namun, WhatsApp menghadapi berbagai tantangan di awal, yaitu sering mengalami crash, jumlah pengguna yang sedikit, dan tidak memiliki sumber pendapatan. 

Terobosan terjadi ketika Apple memperkenalkan fitur notifikasi push. Koum segera memperbarui WhatsApp agar dapat mengirimkan pemberitahuan ke semua kontak pengguna saat status mereka berubah. 

Pada September 2009, fitur pengiriman pesan ditambahkan, yang langsung menarik minat pengguna. Dalam beberapa bulan, jumlah pengguna melonjak dari hanya segelintir menjadi 250.000.

Baca Juga: Cerita Budiarto Halim dan Ardy Hady Wijaya Bangun Erajaya, dari Ruko Kecil di Grogol hingga Sukses Akuisisi iBox dan Punya 2000 Gerai

Acton pun bergabung secara resmi sebagai salah satu pendiri dan mengambil peran dalam mencari pendanaan. Berkat jaringan profesionalnya, ia berhasil mengumpulkan investasi sebesar $250.000 dari lima mantan koleganya di Yahoo! Dana ini sangat krusial untuk mendukung ekspansi WhatsApp yang cepat.

Pada tahun 2011, WhatsApp mendapatkan pendanaan sebesar $8 juta dari Sequoia Capital dengan valuasi $25 juta. Para investor yang sebelumnya meremehkan mereka kini berlomba-lomba untuk berinvestasi di aplikasi ini. 

Acton dan Koum membangun WhatsApp dengan prinsip utama, yaitu tanpa iklan, tanpa gimmick, dan tanpa pengumpulan data pengguna—fokus sepenuhnya pada pengalaman pengguna.

Kesuksesan WhatsApp menarik perhatian Facebook, yang akhirnya mengakuisisi aplikasi ini pada tahun 2014 dengan nilai fantastis sebesar $19 miliar. Akuisisi ini menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah teknologi. Namun, ketika Facebook mulai memasukkan iklan ke dalam WhatsApp pada 2018, Acton memilih untuk mundur, bahkan meninggalkan opsi saham senilai $850 juta demi mempertahankan prinsipnya.

Pada Maret 2018, Acton secara terbuka mengkritik Facebook dengan cuitan "Sudah saatnya. #deleteFacebook," tepat saat perusahaan itu terjerat skandal berbagi data dan penyebaran misinformasi. 

Di tahun yang sama, ia menyalurkan $50 juta untuk mendirikan Signal Foundation dan menjabat sebagai ketua eksekutifnya. Signal bertujuan untuk menyediakan layanan perpesanan yang mengenkripsi komunikasi secara menyeluruh.

Baca Juga: Dulu Beli AirAsia Hanya 1 Ringgit, Kini Tony Fernandes Sukses Kembangkan jadi Maskapai Berbiaya Rendah Terbaik Dunia

Baca Juga: Cerita Budiarto Halim dan Ardy Hady Wijaya Bangun Erajaya, dari Ruko Kecil di Grogol hingga Sukses Akuisisi iBox dan Punya 2000 Gerai

Menurut Forbes, Brian Acton memiliki kekayaan sebesar $6,6 miliar pada tahun 2018. Terbaru, pada Februari 2025, kekayaannya tercatat berkurang menjadi $3,4 miliar. Meskipun demikian, perjalanannya dari seorang insinyur yang pernah ditolak Facebook hingga menjadi pendiri aplikasi perpesanan terkemuka tetap menjadi inspirasi di dunia teknologi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Bagikan Artikel: