Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perjalanan SariWangi, Teh Celup Buatan Laki-Laki Sulawesi Utara hingga Kini Diproduksi Unilever

        Perjalanan SariWangi, Teh Celup Buatan Laki-Laki Sulawesi Utara hingga Kini Diproduksi Unilever Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Johan Alexander Supit adalah sosok di balik teh celup pertama di Indonesia, yaitu SariWangi. Lahir 5 September 1932 di Tondano, Sulawesi Utara, Johan memulai kariernya dengan bekerja di perusahaan-perusahaan teh internasional seperti Peek, Frean & Co. Ltd dan Joseph Tetley & Company. 

        Pengalaman kerja itu memberi Johan pengalaman untuk mengemas teh. Maka, berbekal pengetahuannya, Johan mulai memproduksi teh sendiri pada tahun 1962 di Palmerah, Jakarta.

        Pada tahun 1967, Johan memperkenalkan produk teh kantong pertama di Indonesia. Perlu diketahui, teh dalam kantong belum umum ada di Indonesia pada saat itu. Karena lebih praktis dibandingkan teh tubruk, produk ini dengan cepat populer di kalangan masyarakat Indonesia.

        Usaha Johan pun semakin berkembang. Pada tahun 1972, Johan resmi memperkenalkan teh kemasan kantong, yang diberi nama Teh Celup. Setahun kemudian, pada tahun 1973, merek tersebut berganti menjadi SariWangi di bawah PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) yang akhirnya bertahan hingga hari ini.

        Di masa kejayaannya, yaitu mulai tahun 1985, SariWangi tak hanya menguasai pasar Indonesia tetapi juga mulai menjelajah ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, Timur Tengah, dan Rusia.

        Pada tahun 1989, SariWangi menjalin kerja sama dengan Unilever. Kerja sama itu membuat Unilever bertindak sebagai distributor. Namun, kerja sama ini berujung pada akuisisi merek SariWangi oleh Unilever. Johan memutuskan untuk menjual merek tersebut karena merasa kesulitan bersaing dengan perusahaan teh global seperti Lipton. 

        Baca Juga: Jalan Sukses Dato Sri Tahir, Anak Juragan Becak yang Berhasil Bangun Mayapada Group

        Setelah penjualan SariWangi ke Unilever, Johan terikat kontrak yang melarangnya membuat merek baru dan menjualnya ke pasar domestik selama 12 tahun. Artinya, Johan hanya dapat menjual produk teh ke luar negeri jika masih tetap berbisnis teh.

        Hal itu pun dilakukan oleh Johan. Meskipun merek SariWangi telah diakuisisi oleh Unilever, PT Sariwangi Agricultural Estate Agency tetap melanjutkan bisnisnya sebagai perusahaan yang bergerak di bidang trading, produksi, dan pengemasan teh.

        Dengan dana hasil penjualan SariWangi ke Unilever, Johan membangun pabrik teh seluas 5,2 hektare di Gunung Putri dan menjadi pemasok teh curah untuk produsen mancanegara. Ketika itu, PT Sariwangi Agricultural Estate Agency mengelola sekitar 3.500 hektare kebun teh.

        Pada puncaknya, penjualan perusahaan ini pernah mencapai 46.000 ton teh per tahun. Anak usaha PT Sariwangi Agricultural Estate Agency yang bergerak dalam pengelolaan kebun teh, yaitu PT Indorub, mampu memproduksi hingga 5.000 ton teh pada tahun 2002.

        Setelah kontrak dengan Unilever berakhir pada tahun 2005, Johan mulai memproduksi teh untuk pasar dalam negeri dengan merek Sedap Wangi dan Teh Saring. Di sisi agronomi, ia mengembangkan teknik irigasi tetes untuk meningkatkan produktivitas tanaman teh. 

        Baca Juga: Jogi Hendra Atmadja, Dokter yang Sukses Membangun Mayora hingga Produknya Tersebar di 100 Negara

        Johan meninggal pada tahun 2015. Dua tahun sebelumnya, tepatnya pada tahun 2013, kepemimpinan PT Sariwangi Agricultural Estate Agency telah diserahkan ke anaknya yang bernama Andrew Supit. 

        Sayangnya, pada tahun 2018, PT Sariwangi Agricultural Estate Agency menghadapi masalah keuangan yang serius. Pada 17 Oktober 2018, Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengabulkan permohonan pembatalan homologasi dari salah satu kreditur, PT Bank ICBC Indonesia, terhadap Sariwangi Agricultural Estate Agency dan Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung. 

        Sehari sebelumnya, pada 16 Oktober 2018, PT Sariwangi AEA dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Total utang Sariwangi kepada Bank ICBC Indonesia saat itu mencapai US$20.505.166 atau sekitar Rp309,6 miliar. 

        Itulah perjalanan SariWangi. Kini, merek teh ini diproduksi oleh Unilever dengan varian dan pengembangan merek seperti SariWangi Teh Asli, SariWangi Teh Wangi Melati, SariWangi Teh Hijau Asli, SariWangi Gold Selection, dan SariMurni Teh Kantong Bundar. Sementara itu, perusahaan awal yang pertama kali membangun SariWangi telah tiada. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: