Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dapat Memicu Masalah Sosial, Orang Tua Perlu Waspada Defisiensi Zat Besi pada Anak

        Dapat Memicu Masalah Sosial, Orang Tua Perlu Waspada Defisiensi Zat Besi pada Anak Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kekurangan zat besi atau defisiensi zat besi pada anak dinilai perlu diwaspadai penuh oleh orang tua. Pasalnya, kekurangan zat besi tidak hanya mengganggu kesehatan semata, namun juga memicu permasalahan sosial bagi anak.

        Ahli Nutrisi dr. Anna Hoengdrayana, M.Gizi, Sp.GK mengatakan defisiensi zat besi dapat memicu anemia karena hemoglobin yang bertugas mengikat oksigen pada darah akan menjadi kurang. Hal itu mengganggu kegiatan sehari-hari karena tubuh kekurangan oksigen yang cukup untuk mendukung fungsi organ dan aktivitas fisik.

        “Anemia defisiensi zat besi itu artinya Hb-nya dia rendah artinya oksigen yang dibutuhkan tubuhnya untuk berbagai kegiatan itu kurang,” kata dr. Anna.

        Dampak sosial yang ditimbulkan akibat defisiensi zat besi adalah anak tidak suka bergaul karena merasa lemas. Selain itu, anak juga cenderung memiliki sifat yang cengeng, memiliki suasana hati yang kurang baik dan tidak suka bergaul.

        “(Akibat defisiensi zat besi) jadi lemas tidak suka bergerak, diem saja, cengeng, mudah bete, tidak suka bergaul,” ucap dr. Anna.

        “Anak kecil biasanya suka lari-lari main sana main sini. Nah ini biasanya dia capek, mudah sesak nafas,” sambung dr. Anna.

        Guna mengatasi defisiensi zat besi, dr. Anna menyarankan orang tua memberikan makanan kaya zat besi dari sumber hewani dan nabati. Contohnya, daging merah sebagai sumber protein hewani dan sayuran hijau sebagai sumber nabati.

        Meski begitu, dr. Anna mengingatkan bahwa penyerapan zat besi oleh tubuh dari sumber hewani dan nabati memiliki tingkat efisiensi berbeda. Penelitian menunjukkan zat besi dari sumber hewani lebih mudah diserap. Guna meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati, konsumsi vitamin C setelah makan sangat dianjurkan.

        “Vitamin C nya bisa dalam bentuk buah. Misalnya kita berikan sayur bayam, maka kita kasih buah jeruk,” ucap dr. Anna.

        Selain itu, dia juga menyebut produk fortifikasi juga dapat dijadikan asupan untuk memenuhi zat besi pada anak. Mulai dari susu hingga oatmeal yang sudah difortifikasi.

        “Karena angka kejadian anemia banyak, untuk mencegah banyak sekali kerugiannya [yang ditimbulkan] kalau anemia, jadi pemerintah berusaha memfortifikasi berbagai bahan makanan pokok. Kalau beras susah difortifikasi, (tapi bisa) susu difortifikasi, oatmeal [bisa] difortifikasi,” tutur dr. Anna.

        Kendati demikian, dr. Anna mengingatkan konsumsi susu fortifikasi perlu memberikan jeda sebanyak 2-3 jam sesudah makan. Hal itu bertujuan agar penyerapan zat besi yang berasal dari susu fortifikasi dapat optimal.

        “Jadi susu itu harus diberikan sekitar dua hingga 3 jam setelah dia makan. Jangan setelah makan,” ungkap dr. Anna.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: