Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Daya Beli Melemah, CSUL Belum Berani Angkat Target di Tengah Gejolak

        Daya Beli Melemah, CSUL Belum Berani Angkat Target di Tengah Gejolak Kredit Foto: Hendra Phua
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL Finance) mencatatkan kinerja solid sepanjang kuartal I 2025, di tengah tekanan industri leasing akibat ketidakpastian global yang dipicu kesepakatan sementara antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

        Meski industri menghadapi tekanan, CSUL masih mampu mencetak pertumbuhan pembiayaan sekitar 5–6 persen pada awal tahun. Direktur Utama CSUL Finance, Suwandi Wiratno, menegaskan bahwa perusahaan tetap berada di jalur sesuai target, dengan pertumbuhan yang ditopang segmen pembiayaan alat berat dan modal kerja.

        “Ini yang menjadi segmen yang membuat kita cukup tumbuh dengan on track dan bagus, sesuai dengan budget,” kata Suwandi kepada Warta Ekonomi, belum lama ini.

        Baca Juga: Sepeda Motor Listrik Kurang Laku karena Leasing Belum Sreg?

        Ia menjelaskan bahwa sekitar 80 persen portofolio pembiayaan CSUL berasal dari alat berat, sedangkan sisanya 20 persen berasal dari mobil bekas. Strategi fokus pada aset produktif ini menjadi penopang stabilitas kinerja perusahaan di tengah tekanan pasar.

        Namun, Suwandi mengingatkan adanya potensi risiko di masa mendatang jika daya beli masyarakat terus melemah. Hal itu bisa berdampak pada kemampuan debitur dalam memenuhi kewajiban cicilan dan berpotensi menurunkan kualitas kredit perusahaan.

        “Yang kita khawatirkan nanti kalau kita setujuin sekarang, nanti ke depannya dia daya belinya atau pendapatannya makin turun, cicilannya terganggu, jadi kualitasnya juga nanti bisa mengganggu jalannya perusahaan,” ujar Suwandi.

        Baca Juga: Bukan Menghambat, Keberadaan SLIK OJK Justru Bikin Penyaluran Kredit Lancar

        Meski CSUL membukukan pertumbuhan positif, Suwandi mengakui bahwa target pertumbuhan dua digit atau di atas 10 persen masih menjadi tantangan besar. Ia menambahkan bahwa sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perusahaan masih memiliki waktu hingga pertengahan tahun untuk melakukan revisi target anggaran.

        “Ya kita masih terus memantau situasi yang ada seperti apa. Ya kita semua tahu di industri, setiap pelaku usaha diberikan kesempatan untuk melakukan revisi budget di tanggal tahun oleh OJK,” imbuh Suwandi.

        Sebagai informasi, OJK mencatat outstanding pembiayaan alat berat oleh perusahaan multifinance mencapai Rp46,73 triliun pada Maret 2025, tumbuh 8,05 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Cita Auliana
        Editor: Annisa Nurfitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel:

        Berita Terkait