Gen Z Ambil Peran Penting, TEDxUPJ 2025 Soroti Peran Anak Muda sebagai Harapan Baru Urban Sustainability
Kredit Foto: Istimewa
Generasi Z dinilai punya peran penting dalam mendorong transformasi gaya hidup perkotaan yang lebih berkelanjutan. Inilah pesan utama dari TEDxUPJ 2025 yang digelar Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) dengan tema besar "Sustainable Urban Living". Melanjutkan kesuksesan acara serupa tahun lalu, TEDxUPJ kali ini mengupas secara mendalam aspek sosial, lingkungan, ekonomi, hingga budaya dalam kehidupan kota masa depan.
Acara ini menegaskan bahwa isu keberlanjutan bukan sekadar soal teknologi hijau atau efisiensi energi. Lebih dari itu, keberlanjutan urban juga menyangkut kesadaran gaya hidup konsumtif, desain kota inklusif, penguatan komunitas, dan penggunaan sumber daya secara bertanggung jawab.
Ranitya Nurlita, Environment Sustainability Consultant, mengkritisi pola konsumsi masyarakat urban yang seringkali impulsif. Ia menyoroti bagaimana gaya hidup yang menekankan status sosial sering kali mendorong pembelian barang tak perlu.
“Kita sering beli barang yang sebenarnya sudah punya, hanya karena ingin mengikuti tren. Sustainable living itu dimulai dari pencegahan, pengurangan, penggunaan ulang, daur ulang, hingga pemulihan. Itu semua butuh kesadaran di awal,” tegas Ranitya.
Baca Juga: Masyarakat Tak Sanggup Menabung, LPS: Konsumen Terkapar oleh Biaya Pendidikan dan Utang
Hal serupa juga disampaikan oleh Dino Augustino, dosen Desain Mode di LaSalle dan Sustainability Consultant. Ia menekankan pentingnya membangun koneksi emosional dengan barang, terutama pakaian, agar tidak menjadi limbah yang cepat dibuang.
“Tanya dulu: apakah saya akan pakai baju ini 300 kali ke depan? Kalau iya, beli. Kalau tidak, jangan. Kita harus punya hubungan lagi dengan apa yang kita pakai. Fashion bukan sekadar status,” ujarnya.
Dalam perspektif desain kota, Alvin Tjitrowirjo, seorang Design Strategist & Product Designer, menyoroti bahaya modernisasi yang tak berpijak pada budaya lokal. Menurutnya, konsep kota cerdas (smart city) di Indonesia sering mengadopsi nilai asing tanpa mempertimbangkan komunitas adat.
“Kita terlalu percaya pada teknologi dan otomasi, tanpa melibatkan kearifan lokal. Padahal keberlanjutan sejati harus inklusif dan menghormati identitas masyarakat,” jelas Alvin.
Sementara itu, Dennis dari Blockdev mengulas bagaimana teknologi blockchain dan konsep Web3 bisa membuka peluang baru dalam ekosistem digital yang lebih adil dan terdesentralisasi.
“Di era Web3, konten dimiliki oleh pembuatnya sendiri. Ini bentuk desentralisasi digital yang bisa memberdayakan individu dan komunitas,” terang Dennis.
Sejalan dengan itu, Emma Aliudin, Praktisi Media dan Dosen Komunikasi Lingkungan, menegaskan bahwa Gen Z memiliki potensi kuat sebagai penggerak perubahan sosial. Mereka disebut lebih sadar akan dampak konsumsi dan memiliki kecenderungan memilih produk berkelanjutan, meski berharga lebih tinggi.
Baca Juga: Bukan Startup, Bukan Aplikasi! Ini Bisnis Pendidikan yang Justru Tumbuh
“Gen Z memilih brand yang punya nilai. Mereka mempertimbangkan faktor sosial dan lingkungan, bukan cuma harga. Ini kesempatan besar untuk mendorong perubahan konsumsi yang lebih etis,” kata Emma.
TEDxUPJ 2025 memperlihatkan bahwa masa depan kota bukan hanya soal pembangunan infrastruktur, melainkan bagaimana generasi muda mengubah cara mereka hidup, memilih, dan berinteraksi.
Dalam dunia yang semakin urban, harapan besar disematkan pada Gen Z untuk menjadi generasi yang bukan hanya kritis, tapi juga berani mengambil langkah nyata demi planet yang lebih sehat dan berkeadilan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: