Kredit Foto: Ist
Memulai tahun 2025, industri otomotif di Indonesia mengalami tren penurunan akibat dari pelemahan ekonomi sebagai imbas menurunnya daya beli masyarakat, meningkatnya jumlah PHK, depresiasi Rupiah, dan suku bunga yang relatif tinggi.
Walaupun begitu, para pelaku industri otomotif masih optimistis penjualan kendaraan bermotor pada 2025 bisa mencapai target yang telah ditetapkan.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan, penjualan mobil (whole sales) sampai dengan kwartal pertama tahun 2025 hanya mencapai 205.163 unit, sedikit menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 sebanyak 215.069 unit.
Sedangkan penjualan sepeda motor, merujuk dari data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) sampai dengan kwartal pertama tahun 2025 hanya mencapai 1,82 juta unit dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024 sebanyak 1,85 juta unit.
Sampai dengan Q1 2025, Perusahaan telah mencatatkan peningkatan penjualan konsolidasi bersih sebesar 0,96% dibandingkan dengan Q1 2024.
Sedangkan laba bersih konsolidasi Perusahaan mengalami peningkatan sebesar 55,06% dibandingkan dengan Q1 2024.
Peningkatan laba bersih ini terutama didorong oleh peningkatan pendapatan dari segmen Industri Lainnya yang tumbuh 39% YoY, dari Rp 12 miliar di Q1 2024 menjadi Rp 17 Miliar di Q1 2025, khususnya berasal dari sektor Industri Umum.
Kontributor pertumbuhan berikutnya datang dari segmen Ekspor yang meningkat 7,2% YoY, dari Rp 24 miliar di Q1 2024 menjadi Rp 25 miliar di Q1 2025. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh lonjakan permintaan dari India yang naik sebesar 17% YoY.
Hasil yang baik pada Q1 2025 ini dapat dicapai karena terdapat kenaikan harga jual rata-rata dan harga bahan baku yang mulai stabil yang diperediksi akan terus berlanjut pada kuartal mendatang.
Perusahaan juga terus melakukan inisiatif strategis dalam pengendalian biaya dengan optimalisasi biaya bahan baku, negosiasi ulang dengan para pemasok utama untuk mendapatkan harga yang lebih kompetitif, dan perusahaan mulai beralih ke sumber material alternatif yang menawarkan efisiensi biaya lebih tinggi tanpa mengorbankan kualitas produk.
Perusahaan mengharapkan pengendalian biaya tersebut dapat terus meningkatkan marjin keuntungan Perusahaan ke depannya secara berkelanjutan.
Dari sisi operasional, efisiensi proses produksi dan konsumsi tooling menjadi area fokus utama. Perusahaan melakukan berbagai improvement engineering yang bertujuan untuk memaksimalkan pemakaian tooling, memperpanjang umur pakai peralatan, dan mengurangi frekuensi penggantian.
Inisiatif ini diiringi dengan penghematan biaya produksi lainnya, sehingga secara keseluruhan berdampak positif terhadap struktur biaya dan meningkatkan daya saing produk di pasar.
Prospek Bisnis
Perusahaan secara konsisten menjalankan berbagai inisiatif untuk mendiversifikasi produk sebagai upaya memperluas jangkauan bisnis ke sektor non-otomotif yang memiliki prospek pertumbuhan menjanjikan, guna mendukung pertumbuhan usaha secara berkelanjutan.
Langkah ini tercermin dari meningkatnya permintaan yang kuat di sektor pertambangan, manufaktur, serta minyak dan gas, yang menunjukkan peningkatan adopsi pasar terhadap produk-produk Perusahaan di luar ekosistem otomotif.
Selain itu, Perusahaan juga melihat potensi besar pada sektor lainnya, seperti industri alat berat dan pasar ekspor, yang diyakini dapat menjadi motor pertumbuhan baru sekaligus menjadi pilar penting dalam memperkuat ketahanan dan daya saing bisnis jangka panjang.
Sejak diterbitkannya Instruksi Presiden dan Peraturan Pemerintah yang mendorong peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di berbagai sektor usaha, Perusahaan melihat peluang yang cukup besar untuk mendorong pertumbuhan penjualan domestik.
Perusahaan menerima banyak permintaan pengembangan produk melalui jalur lokalisasi dari produsen otomotif maupun produsen komponen yang sebelumnya masih menggunakan fastener impor. Sebagian besar dari permintaan tersebut diperkirakan akan mulai terealisasi sebagai penjualan pada tahun 2025 dan berpotensi terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya.
Di sisi lain, Perusahaan juga terus memperkuat kehadiran di industri kendaraan listrik (EV) dengan mengembangkan berbagai komponen pendukung untuk kendaraan Listrik yang telah dipasarkan di Indonesia.
Ekspansi pasar global juga akan terus dilanjutkan sepanjang tahun 2025, dengan melanjutkan progres yang telah dirintis dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan menargetkan peningkatan volume ekspor ke kawasan Eropa, Amerika Serikat, dan Asia.
Pasar AS dan Eropa menunjukkan potensi pertumbuhan yang menjanjikan, seiring dengan terjadinya pergeseran rantai pasok global dari Tiongkok dan Taiwan ke negara-negara alternatif, termasuk Indonesia.
Dengan memanfaatkan momentum positif dan berbagai peluang strategis yang ada, Perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 5–10% YoY serta pertumbuhan laba bersih sebesar 10–20% YoY pada tahun 2025.
Untuk mencapai target tersebut, Perusahaan berfokus pada tiga strategi utama, yaitu memperkuat penetrasi pasar di segmen roda empat (4W), mempercepat ekspansi ekspor, serta meningkatkan kontribusi pendapatan dari segmen “Industri Lainnya”, termasuk industri alat berat dan industri umum yang memiliki potensi jangka panjang sebagai pendorong pertumbuhan non-otomotif.
Perusahaan meyakini bahwa tahun 2025 akan menjadi fondasi penting dalam mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan memperkuat profitabilitas secara keseluruhan, yang didukung oleh struktur biaya yang efisien, manajemen persediaan yang optimal, serta komitmen berkelanjutan terhadap inovasi produk.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: