- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Bursa Asia Meroket, Investor Saham Lega Ketegangan Timur Tengah Mulai Reda
Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Bursa Asia kompak meroket dalam perdagangan di Selasa (24/6). Pasar saham menyoroti laporan ekonomi hingga mulai redanya jalan konflik dari Israel-Iran.
Dilansir dari CNBC International, Rabu (25/6), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia:
- Hang Seng (Hong Kong): Naik 2,06% ke 24.177,07.
- CSI 300 (China): Naik 1,20% ke 3.904,03.
- Shanghai Composite (China): Naik 1,15% ke 3.420,57.
- Nikkei 225 (Jepang): Naik 1,14% ke 38.790,56.
- Topix (Jepang): Naik 0,73% ke 2.781,35.
- Kospi (Korea Selatan): Naik 2,96% ke 3.103,64.
- Kosdaq (Korea Selatan): Naik 2,06% ke 800,93.
Bursa Asia bergerak menguat, didorong sentimen harapan akan de-eskalasi konflik di Timur Tengah. Iran dan Israel baru-baru ini sepakat untuk melakukan gencatan senjata meski serangan beberapa kali dilakukan kedua belah pihak usai hal itu disepakati seperti yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Turmp.
Trump mengumumkan gencatan senjata sementara antara Iran dan Israel. Namun dirinya kesal karena kesepakatan tersebut beberapa kali dilanggar oleh Israel dan Iran.
Ia berharap kan adanya kesepakatan perdamaian yang tentunya akan mengurangi ketegangan geopolitik dan mengembalikan risk appetite yang sebelumnya pelaku pasar cenderung berhati-hati berinvestasi di pasar keuangan.
Adapun Wakil Ketua Federal Reserve (The Fed) Michelle Bowman menjadi sorotan usai mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga paling cepat pada Juli 2025.
Namun Ketua The Fed Jerome Powel mengatakan bahwa bank sentral memerlukan waktu untuk lebih jauh mengkaji dampak kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump. Hal ini demi memastikan langkah yang tepat sebelum memangkas suku bunga acuan dari AS.
Baca Juga: AirAsia Ledakkan Akses Udara! Palembang & Semarang Jadi Gerbang Baru Ekonomi RI-Malaysia
Dari Asia, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China akan meninjau revisi undang-undang anti-persaingan tidak sehat untuk mengatur persaingan di platform online, yang bertujuan untuk mengurangi persaingan agresif dan memperkuat regulasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: