Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dorong Transisi Energi, Pertamina dan Longi China Bangun Pabrik Panel Surya 1,6 GW

        Dorong Transisi Energi, Pertamina dan Longi China Bangun Pabrik Panel Surya 1,6 GW Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dan Xian Longin Silicon Materials resmi menjalin kemitraan strategis dalam proyek pembangunan pabrik panel surya berkapasitas produksi 1,6 Gigawatt (GW) per tahun. Kolaborasi ini dinilai memiliki prospek cerah dan potensi besar dalam mendukung percepatan transisi energi nasional.

        Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE, John Anis menyatakan bahwa kerja sama ini tidak hanya membawa nilai tambah bagi kedua perusahaan, namun juga bagi Indonesia secara menyeluruh.

        Baca Juga: Penjualan iPhone Loyo di China, Huawei dan Xiaomi Mulai Ambil Alih Pasar

        “Pertamina NRE agresif mengembangkan portofolio energi hijau. Kolaborasi ini adalah bagian dari strategi kami untuk berbagi risiko sekaligus mendorong knowledge transfer. Kami percaya LONGi, dengan kapabilitas dan pengalamannya, adalah mitra paling tepat untuk proyek ini,” ungkap John, dilansit Sabtu (5/7).

        LONGi saat ini merupakan produsen panel surya terbesar di dunia dengan kapasitas produksi mencapai 120 GW per tahun. Teknologi terbarunya, Hi-MO 9, disebut-sebut sebagai yang paling efisien di dunia.

        John menjelaskan ada tiga kunci kesuksesan dalam industri manufaktur panel surya, yakni investasi besar dalam riset dan pengembangan (R&D), untuk menghasilkan produk dengan efisiensi tinggi.

        Hal itu diikuti dengan kekuatan kapital, guna menghadapi dinamika pasar yang cepat berubah. serta jaringan rantai pasok global, yang memungkinkan efisiensi distribusi dan cakupan pasar luas.

        Saat ini, LONGi telah mengekspor modul panel surya ke lebih dari 30 negara, dengan total pengiriman mencapai 80 GW pada tahun 2024.

        Lebih jauh, John Anis menekankan bahwa kemitraan ini akan membawa berbagai manfaat strategis bagi Indonesia mulai dari mengurangi emisi, menekan angka impor panel surya hingga mendukung agenda transisi energi nasional.

        Baca Juga: Strengthening Economic Resilience through Fiscal Policy: Lessons from China, Reflections for Indonesia

        Kerja sama ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri energi terbarukan di kawasan dan sekaligus membuka peluang kerja sama teknologi jangka panjang yang berdampak luas bagi ekonomi hijau nasional.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: