- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Hilirisasi Rp618 Triliun Siap Digarap, Siapa Emiten Tambang Paling Diuntungkan?
Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Pemerintah resmi menyerahkan pra-studi kelayakan 18 proyek strategis nasional senilai Rp618,13 triliun kepada Badan Pengelola Investasi Danantara. Dari jumlah tersebut, 12 proyek berkaitan langsung dengan hilirisasi sektor pertambangan dan energi, yang diproyeksikan berdampak besar terhadap kinerja sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan bahwa proyek-proyek tersebut mencakup pembangunan smelter nikel dan bauksit, fasilitas gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME), kilang batu bara, produksi modul surya terintegrasi, hingga pengolahan katoda tembaga.
“Jika terealisasi, proyek-proyek ini akan memangkas ketergantungan Indonesia terhadap ekspor mineral mentah sekaligus meningkatkan nilai tambah ekspor,” ujar Liza dalam keterangan tertulis, Kamis (24/7/2025).
Baca Juga: Bahlil Serahkan 18 Proyek Hilirisasi Rp618,3 T ke Danantara
Sejumlah emiten BUMN seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan Inalum disebut berada dalam posisi strategis, baik dari sisi partisipasi proyek maupun akses pendanaan melalui Danantara. PTBA, misalnya, tengah mengembangkan fasilitas coal-to-liquid untuk memproduksi DME dan gas sintetis sebagai bagian dari transisi energi nasional.
Selain BUMN, emiten swasta seperti Merdeka Copper Gold (MDKA), Amman Mineral (AMMN), Dharma Satya Nusantara (DSSA), Harum Energy (HRUM), dan Nickel Industries (NCKL) juga berpeluang mengambil peran besar, terutama jika memiliki cadangan sumber daya, fasilitas hilirisasi, dan mitra strategis.
Baca Juga: Ini Daftar Emiten Sultan, Harga 1 Lot Bisa Setara Gaji Sebulan!
Namun, Liza mengingatkan bahwa proyek berskala besar ini juga menghadapi tantangan, seperti kebutuhan investasi tinggi, potensi pembengkakan biaya, kompleksitas izin, dan risiko lingkungan. Selain itu, pendanaan berbasis utang dapat menekan arus kas dan memicu risiko keuangan.
Ia menambahkan, pasar produk hilir seperti katoda, aluminium, dan stainless steel slab juga berisiko mengalami kelebihan pasokan, sehingga perusahaan perlu menyiapkan skema pemasaran dan offtaker sejak awal. “Investor perlu mencermati laporan capex, progres studi kelayakan, dan detail kemitraan dengan Danantara sebagai indikator prospek jangka panjang,” ujar Liza.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri