Kredit Foto: Ist
Wakil Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Wakil Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Diaz Hendropriyono, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi krisis iklim.
Diaz menyoroti eskalasi dampak perubahan iklim di sejumlah kota besar Indonesia. Ia menyebutkan bahwa berdasarkan data lembaga riset asal Amerika Serikat, Climate Central, tiga kota yaitu Jakarta, Makassar, dan Semarang kini berada pada climate index level 3.
“Menurut Climate Central (lembaga riset asal AS), tiga kota besar Makassar, Jakarta, dan Semarang kini telah masuk dalam kategori climate index level 3, di mana panas ekstrem bukan lagi faktor alamiah, melainkan akibat langsung dari human cost dan pemanasan global,” ujar Diaz dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (25/7/2025).
Baca Juga: Izin Lingkungan Dicabut, KLH Tindak 21 Usaha di Kawasan Puncak
Diaz menegaskan salah satu penyumbang emisi terbesar di Indonesia adalah sampah, terutama dari senyawa metana (CH₄) yang dihasilkannya. Metana diketahui memiliki dampak 84 kali lebih besar dibanding karbon dioksida (CO₂) dalam jangka waktu 20 tahun.
“Semua kegiatan kita, termasuk membuang sampah, menghasilkan emisi. Satu ton sampah padat bisa mengeluarkan sekitar 1,7 ton CO₂e ke atmosfer. Jakarta sendiri memproduksi 7.500 ton per hari. Sampah nasional yang masuk ke TPA sudah mencapai 56 juta ton dan menumpuk hingga 1,6 miliar ton – semuanya menghasilkan CH₄. Gimana Indonesia nggak makin panas?," ujarnya.
Diaz mengungkapkan, pemerintah saat ini telah membina 343 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) berjenis open dumping dan mendorong pembangunan fasilitas waste-to-energy (WTE) di daerah dengan timbulan sampah harian lebih dari 1.000 ton.
Baca Juga: 5 Fakta Emisi Batubara yang Jadi Sorotan KLH, Polusinya Lebih Mematikan
Namun, justru daerah dengan volume sampah di bawah ambang tersebut dinilai sebagai peluang investasi bagi sektor swasta.
“Sebenarnya ada banyak business opportunities. Di berbagai daerah yang menghasilkan sampah di bawah 1.000 ton per hari, ada peluang besar untuk mengembangkan pengolahan sampah, seperti melalui teknologi Refuse Derived Fuel (RDF). Ini jadi kesempatan nyata bagi pelaku usaha,” ucapnya.
KLH/BPLH juga tengah memperkuat pemantauan kepatuhan lingkungan sektor korporasi melalui Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER). Program ini sedang direvisi agar mencakup aspek pengelolaan sampah mandiri oleh perusahaan.
Baca Juga: 4 Perusahaan Pembakar Lahan Dihukum, KLH Menang Telak
“PROPER akan diperluas. Yang awalnya hanya di kepelabuhanan, sekarang semua perusahaan akan dilihat sisi penanganan sampah mereka,” tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait: