Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perjalanan Sukses Prajogo Pangestu Menyelamatkan Perusahaan Kayu Hampir Bangkrut hingga Jadi Orang Terkaya di Indonesia

        Perjalanan Sukses Prajogo Pangestu Menyelamatkan Perusahaan Kayu Hampir Bangkrut hingga Jadi Orang Terkaya di Indonesia Kredit Foto: Barito Pacific
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Prajogo Pangestu menjadi sosok besar dalam dunia bisnis Indonesia hari ini. Pada Juli 2025, namanya tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia setelah emiten-emiten Grup Barito bergerak positif. Menurut Forbes, nama Prajogo sempat menempati peringkat 58 dunia dengan kekayaan bersih mencapai US$34,2 miliar atau sekitar Rp557,46 triliun.

        Namun, siapa sangka bahwa perjalanannya cukup jauh hingga sampai menjadi taipan petrokimia dan energi Indonesia seperti sekarang.

        Lahir dengan nama Pang Djoen Phen pada 13 Mei 1944 di Bengkayang, Kalimantan Barat, Prajogo berasal dari keluarga keturunan Hakka yang sederhana. Ayahnya adalah seorang pedagang karet, dan masa kecilnya jauh dari kemewahan. Ia hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga sekolah tingkat pertama. Tak lama kemudian, ia merantau ke Jakarta pada tahun 1965, namun hidup tidak langsung berubah.

        Prajogo pernah bekerja sebagai sopir angkutan umum di jalur Singkawang–Pontianak. Untuk menambah penghasilan, ia juga menjual bumbu dapur dan ikan asin. Namun kerja kerasnya akhirnya membuka jalan ketika ia bertemu dengan Burhan Uray, seorang pengusaha kayu asal Malaysia.

        Pada 1969, ia bergabung dengan perusahaan Burhan, PT Djajanti Group. Etos kerja dan ketekunannya membuat Prajogo naik jabatan menjadi General Manager hanya dalam tujuh tahun. Tapi langkah berani justru ia ambil setelah itu. Di tahun 1977, ia memutuskan keluar dan membeli sebuah perusahaan kayu kecil yang hampir bangkrut, CV Pacific Lumber Coy, dengan modal pinjaman dari bank.

        Baca Juga: Perjalanan Lee Hae-jin yang Sukses Membangun Naver, Kakao Corp, hingga Line

        Di tangan Prajogo, perusahaan itu disulap menjadi raksasa. Ia mengganti namanya menjadi PT Barito Pacific Timber dan berhasil menjadikannya perusahaan kayu terbesar yang tercatat di Bursa Efek Jakarta pada awal 1990-an. Ketika sektor kayu mulai redup, ia tidak tinggal diam.

        Prajogo mulai mengalihkan fokus bisnisnya. Pada 2007, ia resmi mengubah nama perusahaannya menjadi Barito Pacific, mencerminkan arah diversifikasi ke sektor lain. Tahun yang sama, ia mengakuisisi 70% saham Chandra Asri, perusahaan petrokimia terkemuka. Langkah strategis ini kemudian diperkuat dengan merger Chandra Asri dan Tri Polyta Indonesia di tahun 2011, yang menciptakan salah satu produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.

        Tak hanya petrokimia, Barito Pacific juga menjajal sektor energi, khususnya energi terbarukan. Melalui Barito Renewables Energy, Prajogo mengendalikan Star Energy, salah satu perusahaan panas bumi terbesar di dunia. Pada tahun 2022, ia memperoleh kendali penuh atas Star Energy melalui akuisisi dari BCPG Thailand menggunakan perusahaan swasta miliknya, Green Era.

        Tahun 2023 menjadi momen penting ketika dua perusahaan besutannya, Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) dan Barito Renewables Energy (BREN) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Langkah ini memperkuat dominasi grup usaha Prajogo di sektor energi konvensional dan terbarukan.

        Baca Juga: Cerita Sukses Trihatma Kusuma Haliman Meneruskan dan Membesarkan Agung Podomoro Group

        Kini, portofolio bisnisnya mencakup:

        • Petrokimia: PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA)
        • Energi terbarukan: PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)
        • Pertambangan batu bara & mineral: PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)
        • Kontraktor tambang: PT Petrosea Tbk (PTRO)
        • Perkebunan kelapa sawit

        Kerja keras dan keberanian mengambil peluang membuahkan hasil luar biasa. Bahkan, pada Mei 2024, Prajogo Pangestu sempat terhitung memiliki total kekayaan mencapai US$71,1 miliar atau sekitar Rp1.134 triliun menurut Forbes.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: