Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kemenperin Dorong Industri Kereta Api Rebut Peluang Pasar Ekspor

        Kemenperin Dorong Industri Kereta Api Rebut Peluang Pasar Ekspor Kredit Foto: Kemenhub
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri kereta api untuk merebut peluang pasar ekspor selain mengoptimalkan kebutuhan pasar domestik.

        Pasalnya potensi pasar global untuk sarana kereta api diperkirakan mencapai USD96,5 miliar pada tahun 2030, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 6,3 persen berdasarkan laporan Grand View Research (2023).

        Baca Juga: Aset Masa Depan, Kemenperin Bangkitkan Minat Generasi Muda Terhadap Dunia Industri

        Hal ini disampaikan Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dalam sambutannya pada Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Potensi Pengembangan Komponen Kereta Api Dalam Negeri” di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

        “Asia Pasifik disebut sebagai pasar terbesar, termasuk Indonesia yang menunjukkan tren positif untuk pertumbuhan moda transportasi kereta api,” ujar Faisol, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Jumat (1/8).

        Wamenperin turut mengapresiasi peran operator kereta api seperti PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Kereta Commuter Indonesia, dan PT MRT Jakarta yang telah meningkatkan pelayanan dan infrastruktur, sehingga menjadikan kereta api sebagai moda transportasi yang cepat, bersih, aman, dan nyaman.

        Lebih lanjut, Faisol menyampaikan bahwa industri kereta api dalam negeri yang dimotori oleh PT INKA telah berinovasi menghasilkan produk-produk berstandar internasional dan ramah lingkungan, seperti kereta penumpang generasi baru, KRL, LRT, autonomous battery tram, dan sistem propulsi hybrid. “Beberapa produk tersebut telah memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) antara 40–60 persen,” imbuhnya.

        Namun demikian, Faisol menggarisbawahi pentingnya pengembangan komponen-komponen strategis seperti blok rem komposit dan roda kereta api. Kebutuhan dalam negeri untuk komponen tersebut cukup besar setiap tahunnya, lebih dari 200.000 unit untuk blok rem komposit dan 30.000 unit untuk roda kereta api. 

        “Tantangan terbesar masih pada aspek pemenuhan spesifikasi teknis dan keterbatasan fasilitas uji dengan standar internasional untuk blok rem, serta tantangan produksi dan investasi pada industri roda kereta,” jelasnya. Adapun komponen lain yang dinilai memiliki potensi pengembangan dalam negeri, meliputi sistem propulsi dan kelistrikan, bahan baku dan komponen berbahan dasar logam, hingga komponen pendukung prasarana perkeretaapian.

        Faisol pun menekankan bahwa keberhasilan jangka panjang sektor ini bergantung pada daya saing, kompetensi, dan reliabilitas rantai pasok yang terintegrasi. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, industri, dan akademisi menjadi kunci utama.

        “Kami berharap FGD ini dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan dan rencana aksi yang baik dan implementatif, yang dapat menjawab kebutuhan industri, misalnya untuk mengatasi tantangan teknis, bisnis, investasi, serta dukungan infrastruktur seperti pengujian. Kolaborasi ini diharapkan menjadi kunci kemajuan atau katalisator percepatan transformasi sektor perkeretaapian menuju sistem transportasi yang modern, inovatif, dan berkelanjutan,” tuturnya.

        Terciptanya inovasi

        Lebih lanjut, melalui kolaborasi, diyakini dapat mendukung terciptanya inovasi untuk kemajuan sektor industri dalam negeri. “Kerja sama ini bisa dilakukan dengan perguruan tinggi atau para tenaga ahli. Jadi, kami akan mendorong peran kampus dalam pengembangan riset,” tandasnya.

        Wamenperin juga mengemukakan, dinamika global saat ini, sebagian besar negara sedang berupaya untuk membangun dan membangkitkan kembali sektor industrinya seperti di Amerika Serikat. “Upaya yang dilakukan oleh Presiden Trump saat ini adalah agar industri Amerika bisa masuk ke pasar global,” ungkapnya.

        Oleh karena itu, Faisol menambahkan, optimisme pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, salah satu yang dipacu adalah kontribusi dari sektor industri manufaktur. “Apalagi, Indonesia memiliki sejarah panjang dalam membangun sektor industri, dan banyak industri yang telah mampu berdaya saing secara global. Artinya, kita bukan bangsa konsumen, tetapi bangsa industri,” terangnya.

        Pada kesempatan yang sama, Vice President of Technical Engineering of Rollingstock PT Kereta Api Indonesia (Persero) Soegito menyampaikan, PT KAI terus menunjukkan komitmen dalam memperkuat penggunaan produk dalam negeri. Melalui Unit Rollingstock Engineering, perusahaan telah menyusun berbagai strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor komponen dan meningkatkan TKDN.

        “Diperlukan pengembangan ekosistem perkeretaapian yang dapat menyokong pemenuhan kebutuhan suku cadang substitusi barang impor untuk sarana dan prasarana perkeretaapian dengan peningkatan teknologi sehingga dapat mengejar gap teknologi perkeretaapian di dunia. Apalagi, perkeretaapian dalam negeri masuk ke dalam proyek strategis nasional,” ujarnya.

        Sementara itu, Direktur Pengembangan PT Industri Kereta Api (Persero) Roppiq Lutzfi Azhar menyatakan, PT INKA memegang peranan penting dalam upaya pengembangan industri perkeretaapian nasional melalui peningkatan TKDN serta pembangunan ekosistem supply chain berbasis kolaborasi lintas sektor.

        “INKA fokus pada pengembangan kemampuan desain dan perakitan lokal untuk komponen-komponen penting kereta api seperti sistem propulsi (sistem penggerak), bogie (rangka roda), dan carbody (badan kereta) yang terbuat dari aluminium dan stainless steel. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada komponen impor dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Produk kami telah diekspor ke berbagai negara, seperti Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Australia,” tuturnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
        Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

        Bagikan Artikel: