Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        AWS Soroti Kesenjangan Adopsi AI di Indonesia, Peringatkan Risiko Ekonomi

        AWS Soroti Kesenjangan Adopsi AI di Indonesia, Peringatkan Risiko Ekonomi Kredit Foto: AWS Summit
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Amazon Web Services (AWS) memperingatkan potensi terbentuknya "ekonomi dua tingkat" di Indonesia akibat kesenjangan pemanfaatan kecerdasan artifisial (AI) antara startup dan korporasi. Meski adopsi AI meningkat pesat, kualitas implementasinya masih timpang antar pelaku usaha.

        Country Manager AWS Indonesia, Anthony Amni, menyebut bahwa startup cenderung lebih adaptif dan inovatif dalam mengintegrasikan AI ke model bisnis. Sementara perusahaan besar dinilai stagnan dan tertinggal dalam pemanfaatan teknologi ini.

        "Kalau kondisi ini dibiarkan, kita akan melihat ekonomi dua tingkat: startup melesat, korporasi stagnan," ujar Anthony dalam pemaparan riset AWS, Kamis (7/8/2025).

        Baca Juga: Investasi Rp81 Triliun di Indonesia, AWS Harap Bisa Dongkrak PDB Indonesia

        Sepanjang 2024, sebanyak 5,9 juta bisnis di Indonesia mulai mengadopsi AI, atau lebih dari 10 bisnis per menit. Secara kumulatif, 18 juta bisnis atau 28% dari total pelaku usaha telah menggunakan AI, dengan pertumbuhan tahunan 47%. Namun, hanya 10% yang benar-benar mengintegrasikan AI secara transformatif ke dalam model bisnisnya.

        Direktur Strand Partners, Nick Bonstow, menyebut mayoritas perusahaan baru menggunakan AI untuk efisiensi operasional. "Angka adopsinya tinggi, tapi banyak yang masih dangkal," katanya.

        Survei AWS menunjukkan 52% startup sudah menggunakan AI secara luas, dan 34% menciptakan produk berbasis AI. Sebaliknya, hanya 21% perusahaan besar yang mampu melakukan hal serupa, dan hanya 22% yang memiliki strategi AI menyeluruh.

        Baca Juga: Confluent Cloud Kini Hadir di AWS Marketplace, Percepat Pengembangan Agen AI

        Kendala utama dalam memperluas pemanfaatan AI adalah minimnya tenaga kerja terampil. Sebanyak 57% responden mengeluhkan kekurangan keterampilan digital, padahal 48% pekerjaan masa depan diproyeksikan membutuhkan literasi AI. Di sisi lain, hanya 21% pelaku usaha merasa SDM mereka sudah siap.

        Masalah pendanaan dan regulasi juga turut memengaruhi. Sebanyak 41% startup menyebut ketersediaan modal ventura sebagai faktor penting dalam pengembangan AI. Sementara itu, 62% bisnis memprediksi belanja untuk kepatuhan regulasi akan meningkat dalam tiga tahun mendatang.

        Untuk mengatasi kesenjangan ini, laporan AWS merekomendasikan pelatihan talenta digital berbasis industri, regulasi yang mendukung inovasi, dan percepatan transformasi digital di sektor publik. AWS sendiri mengklaim telah melatih lebih dari 1 juta warga Indonesia sejak 2017 melalui program seperti AWS Educate, Skill Builder, dan re/Start.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: