Data Is the New Gold! Akselerasi Digital Bikin Indonesia Target Utama Serangan Siber
Kredit Foto: Kominfo
Indonesia dinilai semakin rawan menjadi sasaran utama serangan siber seiring percepatan transformasi digital. Data yang kini dipandang sebagai komoditas paling berharga membuat sektor pemerintah dan perbankan masuk dalam radar kelompok peretas global, termasuk ransomware dan advanced persistent threats (APT).
Country Manager Kaspersky Indonesia, Defri Nofitra, menegaskan bahwa peretas cenderung membidik institusi dengan data bernilai tinggi.
“Biasanya yang mereka incar, barang-barang yang paling berharga, di situ data. Data itu yang paling berharga di dunia ini kan. Data is the new gold. Kalau bank itu data nasabah, kalau pemerintah itu data-data kependudukan maupun administratif,” ujar Defri dalam Media Meeting with Director of GReAT Kaspersky, Selasa (19/8/2025).
Baca Juga: Ransomware Incar Pemerintah dan Bank, Ini Penjelasan Kaspersky
Menurut Defri, risiko semakin besar jika institusi tidak memiliki cadangan data. Dalam kondisi tersebut, lembaga yang terkena serangan kerap terpaksa bernegosiasi dengan peretas. “Apalagi tidak punya backup. Kalau tidak punya backup, dia tidak punya data lagi. Makanya dia harus negosiasi sama si bad actor tadi,” tambahnya.
Direktur Tim Riset & Analisis Global Kaspersky (GReAT), Igor Kuznetsov, mengingatkan bahwa akselerasi ekonomi digital Indonesia sejalan dengan peningkatan ancaman kebocoran data. Pesatnya adopsi teknologi baru seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan jaringan 5G memperluas permukaan serangan bagi peretas.
“Masa depan siber Indonesia menjanjikan pertumbuhan pesat, tetapi juga menghadirkan tantangan keamanan yang semakin kompleks. Akselerasi pesat ekonomi digitalnya, adopsi teknologi baru seperti IoT, AI, dan 5G, sejalan dengan tren peningkatan serangan siber yang menargetkan negara ini,” kata Igor.
Baca Juga: Kaspersky Ungkap Skema Penipuan Kripto Lewat Email Google Forms
Fenomena “data sebagai emas baru” mendorong Indonesia menjadi salah satu target utama kelompok peretas global. Sektor finansial dan pemerintahan dianggap menyimpan informasi paling strategis, mulai dari data nasabah, kependudukan, hingga dokumen administratif. Kondisi ini menuntut peningkatan perlindungan siber, baik melalui penguatan regulasi maupun investasi pada infrastruktur keamanan digital.
Jika mitigasi tidak segera diperkuat, potensi kerugian ekonomi akibat serangan siber diperkirakan akan meningkat seiring dengan berkembangnya ekosistem digital nasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: