Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menyorot PT IKPP di Siak Riau, Dari Limbah hingga Minimnya Tenaga Kerja Lokal

        Menyorot PT IKPP di Siak Riau, Dari Limbah hingga Minimnya Tenaga Kerja Lokal Kredit Foto: Sahril Ramadana
        Warta Ekonomi, Siak -

        Setiap sore bau busuk menyeruak di wilayah Perawang, Kecamatan Tualang, Siak, Riau. Usut punya usut, aroma tidak sedap ini ternyata berasal dari berbagai limbah kimia perusahaan bubur kertas dan tisu PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (IKPP).

        Dari penelusuran Warta Ekonomi, Senin (1/9), bau busuk ini tercium setiap sore hari. Hampir 100 ribu jiwa masyarakat yang tinggal di wilayah Kecamatan Tualang, saban hari menikmati aroma tak sedap ini.

        "Memang sangat disayangkan. Tapi masyarakat tak bisa berbuat apa-apa," ujar salah satu tokoh pemuda Kecamatan Tualang, Dedi Kusnedi SH saat berbincang dengan Warta Ekonomi.

        Menurut pria yang akrab disapa Dedik Boxer ini, bau limbah kimia PT IKPP ini terjadi sudah bertahun-tahun. Namun terkesan dibiarkan begitu saja oleh pihak-pihak terkait. 

        "Kayak ada pembiaran. Buktinya sampai saat ini, setiap sore masih tercium bau busuk," cetus Ketua MPC Pemuda Pancasila (PP) Siak ini.

        Dedik Boxer tidak menampik keberadaan PT IKPP sejatinya sangat membanggakan Indonesia, terkhusus Kabupaten Siak dan Provinsi Riau. Sebab, PT IKPP merupakan pabrik bubur kertas terbesar di Asia Tenggara. 

        Namun yang membikin Dedik ngedumel, terkait kontribusi perusahaan baik sosial, ekonomi dan lingkungan yang dinilai tidak sepadan dengan hasil yang diperoleh perusahaan di tanah Riau.

        "Sejatinya, Indonesia bangga karena pajak perusahaan besar. Tapi apakah Provinsi Riau bangga dengan keberadaan PT IKPP? Apakah masyarakat Kabupaten Siak, khususnya warga tempatan bangga dengan PT IKPP? Saya rasa jauh dari harapan," keluh Dedik Boxer. 

        Sebagai contoh, lanjutnya, berapa tenaga kerja lokal yang diserap oleh perusahaan setiap tahunnya. Menurut Dedik Boxer, hal ini juga sangat urgen lantaran menyangkut sisi ekonomi masyarakat. 

        "Memang, tidak dapat dipungkiri perusahaan juga menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat tempatan. Tapi pertanyaannya, sudah sesuai tidak dengan dampak lingkungan yang saban hari dirasakan oleh masyarakat. Cerobong asap hingga bau limbah tiap hari dirasakan masyarakat," jelasnya. 

        Menurutnya, asap dan limbah bau menyengat itu merupakan hasil dari pembakaran batu bara ribuan ton per hari di PT IKPP.  Akibatnya, Sungai Siak juga tercemar yang berdampak pada nelayan karena hasil tangkapan ikan turun setiap harinya. 

        "Di sisi usaha lokal (kontraktor), juga terkesan ada pembiaran. Gaji pekerja-nya tidak sesuai dengan UMR. Begitu juga dengan keselamatan pekerja. Para pekerja dibawa menggunakan truk. Maaf-maaf kata, sudah kayak barang saja. Miris kali," ujarnya. 

        Dedik Boxer mengatakan, hingga kini pembinaan pengusaha lokal tidak pernah dilakukan PT IKPP. Buktinya, barang-barang bekas perusahaan saja diberikan kepada perusahaan luar. 

        "Barang bekas pun orang luar disuruh yang kerjakan. Kan gawat ini. Pengusaha lokal hanya jadi penonton di wilayahnya sendiri," ujarnya. 

        Oleh karena itu, Dedik Boxer berencana menggelar aksi damai dalam waktu dekat ini. Ia mengajak seluruh masyarakat Siak khususnya Tualang menuntaskan persoalan-persoalan tadi yang sudah dipendam cukup lama.

        "Kalau dari PP sendiri, akan turun sekitar 3.000 orang. Kemungkinan 5.000 orang akan turun menggelar aksi dalam waktu dekat ini. Persiapannya tengah kita matangkan," pungkasnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Sahril Ramadana
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: