Kredit Foto: Unsplash/Executium
Harga Bitcoin kembali mencatat rekor dengan menembus level US$114.000 atau sekitar Rp1,87 miliar. Lonjakan ini terjadi setelah data inflasi produsen Amerika Serikat (PPI) untuk Agustus turun lebih dalam dari perkiraan, sehingga memicu harapan bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), akan menurunkan suku bunga bulan ini.
“Penurunan data inflasi produsen Amerika menjadi katalis kuat yang membuat investor kembali percaya diri terhadap prospek bullish Bitcoin. Namun, kita tetap harus mewaspadai volatilitas jangka pendek menjelang keputusan Fed minggu depan,” kata Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur dikutip dari keterangan resmi, Kamis (11/9/2025).
Sebelum menembus US$114.000, Bitcoin sempat bergerak di kisaran US$113.953. Data PPI utama AS turun menjadi 2,6% year on year dari perkiraan 3,3%, sedangkan PPI inti melandai ke 2,8%. Catatan historis menunjukkan, setiap kali The Fed memangkas suku bunga, harga Bitcoin biasanya sempat bergejolak sebelum berlanjut ke reli jangka panjang.
Baca Juga: JPMorgan: Momentum Menguat, Namun Adopsi Kripto Masih Dini
Kenaikan tidak hanya terjadi pada Bitcoin. BNB juga mencetak rekor tertinggi baru di US$904 atau sekitar Rp14,8 juta. Reli ini didorong kesepakatan strategis Binance dengan Franklin Templeton dan meningkatnya pembelian BNB oleh investor besar. Menurut Fyqieh, harga BNB bisa menembus US$1.400 jika tren positif berlanjut, meski peluang koreksi jangka pendek tetap ada.
Euforia pasar juga terasa di deretan memecoin. Dogecoin (DOGE) naik ke US$0,25 menjelang peluncuran ETF DOGE pertama. Shiba Inu (SHIB) bergerak naik ke target resistensi US$0,00001590, sementara Pepe Coin (PEPE) dan Trump Coin (TRUMP) juga menunjukkan tren penguatan.
Baca Juga: September Effect Tak Goyahkan Pasar Kripto, Transaksi Melejit
"Ketika Bitcoin stabil di atas US$113.000 dan pasar menantikan pelonggaran kebijakan moneter, memecoin seperti DOGE dan SHIB mendapat dorongan dari spekulasi dan hype komunitas. Faktor eksternal seperti ETF dan tren politik juga menambah katalis unik bagi segmen ini,” ungkap Fyqieh.
Pasar kripto kini menanti rilis data inflasi konsumen (IHK) AS pada 11 September. Hasilnya akan menjadi penentu kebijakan The Fed berikutnya dan diperkirakan berpengaruh besar pada arah harga Bitcoin maupun aset kripto lainnya dalam waktu dekat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: