Kredit Foto: PT Kilang Pertamina Internasional
Harga minyak dunia turun pada penutupan perdagangan perdagangan di Kamis (18/9). Hal ini terjadi seiring kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi dari Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Reuters, Jumat (19/9), Minyak Brent melemah 0,8% menjadi US$67,44. Sementara West Texas Intermediate (WTI) turun 0,8% menjadi US$63,57.
Baca Juga: Paket Sanksi Baru, Uni Eropa Bahas Percepatan Larangan Migas Rusia
Federal Reserve (The Fed) baru-baru ini menurunkan suku bunga acuannya dan memberi sinyal akan melanjutkan penurunan secara bertahap sepanjang tahun, sebagai respons terhadap melemahnya pasar tenaga kerja. Secara teori, biaya pinjaman yang lebih rendah mendorong permintaan minyak dan mengangkat harga.
“Mereka mengambil langkah ini sekarang karena jelas ekonomi sedang melambat. Federal Reserve mencoba mengembalikan pertumbuhan,” kata Managing Director Onyx Capital Group, Jorge Montepeque.
Namun, indikator ekonomi menunjukkan pelemahan. Klaim tunjangan pengangguran baru turun pekan lalu, tetapi pasar tenaga kerja tetap melemah karena berkurangnya permintaan dan pasokan tenaga kerja. Sementara itu, pembangunan rumah keluarga tunggal anjlok, mencerminkan tekanan berlanjut di sektor properti.
Di sisi pasokan, stok minyak mentah turun tajam pekan lalu akibat impor bersih jatuh ke rekor terendah dan ekspor melonjak ke level tertinggi hampir dua tahun dari AS.
Baca Juga: Kinerja Pertagas Naik, Transportasi Gas dan Minyak Melonjak di Semester I-2025
Akan tetapi, persediaan distilat naik 4 juta barel, jauh di atas perkiraan pasar sebesar 1 juta barel, menimbulkan kekhawatiran permintaan bahan bakar yang lemah di konsumen minyak terbesar dunia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar