Ajak Mahasiswa UI Bijak Kelola Uang, Tugu Insurance Bahas Fenomena FOMO dan YOLO
Kredit Foto: Istimewa
Di tengah maraknya fenomena FOMO (fear of missing out), YOLO (you only live once), hingga FOPO (fear of other people’s opinion) yang kerap memengaruhi gaya hidup generasi muda, kesadaran untuk mengelola keuangan dengan bijak menjadi semakin penting. Bukan sekadar soal gaya hidup, tetapi juga sebagai bekal menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.
Melihat kondisi tersebut, Infobank Digital bagian dari Infobank Media Group bersama PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) menghadirkan Infobank Financial Literacy Roadshow with Tugu Insurance. Mengusung tema “Bijak Kelola Keuangan, Tenang di Masa Depan”, acara ini digelar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) pada Rabu (1/10), untuk menginspirasi generasi muda agar lebih cerdas dalam mengatur keuangannya.
Event tersebut menghadirkan pembicara Presiden Direktur Tugu Insurance Adi Pramana dan Financial Planner Fennicia Auliantika. Turut hadir dalam talkshow tersebut Manager Keuangan FIB UI ibu Dr. Dwi Puspitorini, M.Hum dan Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan ILUNI FIB UI Vicky Rachman.
Baca Juga: Pinjaman Digital Bukan soal Mampu Bayar Cicilan Tapi Bangun Pola Pikir Finansial yang Sehat
Dalam sharing session, Presiden Direktur Tugu Insurance Adi Pramana menekankan pentingnya mengelola risiko keuangan yang kerap terjadi dalam hidup.
“Dalam hidup akan selalu ada risiko, baik kebakaran, bencana alam, maupun kecelakaan. Risiko besar harus ditransfer, salah satunya melalui asuransi agar pemulihan bisa lebih cepat,” kata Adi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Rabu, 1 Oktober.
Risiko inilah yang coba dibagikan kepada para mahasiswa melalui kisah penuh makna yang dialami sahabat karibnya saat membuka usaha kuliner.
“Saya pernah ada di satu masa menemani teman membuka usaha kuliner. Usaha kuliner yang dinilai prospektif tapi ternyata sulit karena persaingan fisik dan non fisik,” ujarnya.
Diceritakannya, di masa sulit usaha kuliner yang dijalankan itu berimbas pada penurunan omset penjualan. Pun begitu dengan anjloknya porsi pesanan per hari.
“Padahal biasanya bisa jual 20-40 porsi sehari, 5 porse saja begitu sulit. Di masa itu, sampai buat bayar sewa bulanan saja sulit,” kenangnya.
Hingga akhirnya, diputuskan untuk berjualan secara daring dari rumah untuk menyiasati harga sewa bangunan akibat anjloknya omset penjualan.
“Tapi ya saya temani, saya banyak kasih improvement dan diskusi dan Alhamdulilah saat ini sudah punya 2 kios di salah satu pasar yang cukup besar. Dan kios itu sehari bisa produksi 100 porsi,” jelasnya.
Dalam perjalanan usaha kulinernya kata Adi, risiko pun muncul. Kios usaha tersebut yang didalamnya berisi peralatan seperti freezer, kompor dan segala macam hangus dilahap si jago merah.
“Itu terbakar, rusak dan dia harus ganti semua dengan kerugian sekitar belasan juta. Beruntung barang-barang tersebut memiliki asuransi. Asuransinya 10 juta,” bebernya.
Dari cerita tersebut, dirinya menekankan pentingnya mengidentifikasi risiko-risiko di terjadi di kehidupan, baik saat tengah berada di bawah atau diatas.
“Kita punya risiko karena kebakaran, bencana alam, kecelakaan dan sebagainya. Nah, semua itu bagian dari namanya manajemen risiko,” sebutnya.
Adi menyebut, terdapat pelbagai opsi risiko yang mencakup bersifat dihindari (avoid), dikurangi (reduce) dan diterima (accept). Artinya kata dia, apabila seseorang menggunakan layanan pinjaman daring (pindar) bisa diterima lantaran pinjamannya kecil. Namun, bila pinjamannya besar harus dihindari.
“Dan untuk risiko-risiko yang sangat besar, itu yang kita lakukan secra transfer. Transfer inilah yang salah satunya melalui metode asuransi,” bebernya.
Menurut Adi, asuransi ini lah yang pada akhirnya bisa mempercepat recovery apabila terjadi risiko seperti kebakaran dan lain sebagainya.
Bijak Mengelola Keuangan
Dalam kesempatan yang sama, Financial Planner Fennicia Auliantika menyoroti pentingnya mengelola keuangan secara bijak bagi generasi muda di tengah serbuan fenomena FOMO (takut ketinggalan), YOLO (hidup sekali) dan FOPO (takut terhadap pendapat orang lain) belakangan ini.
“Fenomena-fenomena tersebut banyak terjadi di anak muda akibat media sosial padahal uangnya belum mencukupi,” ujar Fennicia.
Feni, sapaan akrabnya menuturkan, fenomena-fenomena yang disebutkan tersebut akan berdampak pada masa tua akibat menghabiskan uang untuk kebutuhan sesaat seperti nonton konser, membeli gadget baru hingga liburan.
“Nanti kita tidak punya dana pensiun, kita mau sekolahin anak di masa depan juga sulit. Jadi, jangan sampai terjadi ya. Makanya penting untuk mengelola keuangan dengan bijak,” jelasnya.
Dirinya pun berbagi ilmu kepada mahasiswa/i bagaimana merencanakan keuangan dengan bijak untuk ketengan di masa depan kelak. Setidaknya, ada dua pilar yang harus dilakukan.
Ia menjelaskan, pilar pertama yang harus dilakukan generasi muda yakni dengan menguatkan fondasi keuangan. Pilar ini mencakup arus kas, dana darurat dan utang terkendali.
“Arus kas-nya harus positif atau jangan sampai negatif lah intinya. Lalu, menyiapkan dana darurat dengan rincian yakni minimal 3x pengeluaran bulanan untuk yang sudah bekerja. Dan terakhir yakni hutang terkendali. Untuk teman-teman mahasiswa tolong jangan berhutang dulu ya,” pintanya.
Lalu, pilar kedua yakni merencanakan investasi sesuai dengan tujuan keuangan, dengan minimal 10 persen dari penghasilan.
“Boleh langsung investasi tapi harus kuat dulu fondasinya. Nah, kalau pilar ini sudah kuat maka harus ditutup dengan proteksi,” terangnya.
Menurutnya, memiliki proteksi penting bagi seseorang sebagai tameng dalam memitigasi pelbagai risiko di kehidupan dan benda-benda yang dimiliki.
“Misalnya, kalau suka traveling dan tiba-tiba terjadi hal yang tidak diinginkan maka harus ada proteksinya yang bisa dari asuransi,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan ILUNI FIB UI Vicky Rachman berharap, seluruh anak didiknya bisa mengelola keuangan dengan menyisihkan sebagain kecil uang saku yang dimiliki.
Baca Juga: Tak Hanya Rugikan Keuangan Negara, Korupsi Juga Lemahkan Iklim Investasi
“Di kampus ini kita dibiasakan berbudaya yang bersifat positif diantaranya merencanakan keuangan. Mari budayakan merencanakan keuanga agar hidup makin optimal,” tandasnya.
Senada, Dekan FIB Universitas Indonesia atau yang diwakili oleh Manager Keuangan FIB UI ibu Dr. Dwi Puspitorini, M.Hum menambahkan, kegiatan literasi keuangan memberikan manfaat besar bagi generasi muda, khususnya para mahasiswa untuk menghindari pelbagai risiko keuangan di kemudian hari.
“Kegiatan literasi keuangan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa/I agar terhindar dari masalah ekonomi karena akan membuat kita menjadi terang benderang dan menjelaskan literasi keuangan kepada kita semua,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: