Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengapa Masa Depan Startup Indonesia Ada pada Zebra, Bukan Unicorn

        Mengapa Masa Depan Startup Indonesia Ada pada Zebra, Bukan Unicorn Kredit Foto: Uswah Hasanah
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Model zebra startup dinilai semakin relevan untuk membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan di tengah melemahnya model unicorn yang selama ini mendominasi lanskap teknologi. Pandangan ini disampaikan Managing Director Instellar Investment, Stephany Hermawan, dalam peluncuran buku The Zebra Accelerator Playbook di Jakarta.

        Menurut Stephany, tren mengejar status unicorn yang mengutamakan pertumbuhan eksponensial tanpa dasar bisnis yang kuat telah menyebabkan banyak perusahaan rintisan gagal.

        “Unicorn fix what zebra breaks. Kita butuh lebih banyak zebra, karena zebra fokus pada profitabilitas, dampak, dan keberlanjutan, bukan sekadar valuasi,” ujarnya.

        Baca Juga: Jadi Antitesis Unicorn, Bisnis Zebra Tekankan Keberlanjutan dan Arus Kas Sehat

        Fenomena unicorn yang dipuja sejak Silicon Valley, lanjutnya, terbukti tidak sepenuhnya cocok diterapkan di Asia Tenggara, khususnya Indonesia yang cenderung berbasis ekonomi riil dan agraris.

        "Di Indonesia, kita bukan high-tech creator, tapi tech-enabled. Template unicorn dari luar negeri seringkali tidak sesuai realitas di sini,” katanya.

        Stephany menegaskan, zebra startup lebih menekankan pada arus kas positif, misi sosial, serta pertumbuhan berkelanjutan ketimbang hiper-ekspansi. Ia menyoroti data imbal hasil (return on investment) modal ventura di Asia yang hanya 0,4 kali lipat dalam periode 5–7 tahun terakhir, jauh di bawah ekspektasi 10–100 kali lipat seperti yang dijanjikan narasi unicorn.

        “Banyak startup dipaksa scale up sebelum waktunya. Akibatnya founder kehilangan kendali, ekuitas terdilusi, bahkan misinya bergeser hanya demi memenuhi tuntutan investor,” tutur Stephany.

        Baca Juga: ECB Umumkan Uji Coba Lanjutan Digital Euro, Bakal Perkuat Keuangan Uni Eropa

        Menurutnya, fenomena tech winter dalam dua hingga tiga tahun terakhir telah mengoreksi paradigma tersebut. Investor kini semakin mencari perusahaan dengan fondasi bisnis yang nyata, bukan sekadar mengejar valuasi.

        “Yang paling penting adalah bisnis dengan arus kas positif, yang bisa bertahan jangka panjang dan memberi manfaat ke masyarakat,” tambahnya.

        Peluncuran buku The Zebra Accelerator Playbook diharapkan menjadi panduan bagi pelaku usaha dan startup untuk membangun fondasi yang sehat. Stephany menekankan pentingnya heartset, mindset, dan skillset bagi pendiri agar bisnis tidak sekadar mengejar status, tetapi memberikan solusi nyata terhadap masalah sosial maupun ekonomi.

        “Ekosistem harus berani berubah. Kita sudah terlalu lama terjebak narasi unicorn. Zebra adalah jalan menuju keberlanjutan,” tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: