Kredit Foto: Reuters/Yuri Gripas
Dana Moneter Internasional (IMF) menilai inflasi global saat ini menunjukkan gambaran yang beragam, dengan perusahaan tengah menyoroti dampak kebijakan tarif dari Amerika Serikat (AS).
Juru Bicara Dana Moneter Internasional, Julie Kozack mengatakan ekonomi global menunjukkan ketahanan meski dilanda ketidakpastian tarif. Namun menurutnya, saat ini mulai terlihat tanda-tanda perlambatan menyusul sikap industri yang berupaya menyerap sebagian besar biaya tambahan dari tarif di AS.
Baca Juga: Data Inflasi Jakarta di Bulan September 2025
“Kami melihat pertumbuhan global pada paruh pertama tahun ini tetap stabil, tetapi kini mulai muncul tanda-tanda perlambatan di berbagai belahan dunia,” kata Kozack, Jumat (3/10).
“Terkait inflasi, yang kami lihat secara global adalah gambaran yang agak campuran," tambahnya.
Menurutnya, sebagian kenaikan tarif telah diteruskan ke harga sehingga mendorong inflasi inti. Namun inflasi umum lebih cepat naik di Inggris, Australia, dan India.
Sementara itu, tekanan inflasi justru sangat lemah akibat turunnya permintaan terhadap ekspor di China. Hal ini juga terjadi dalam beberapa negara di Asia.
“Kami melihat perusahaan menyerap sebagian dampak tarif, dan hal ini menjadi salah satu faktor yang menjelaskan mengapa dampaknya terhadap inflasi masih relatif terbatas sejauh ini di AS,” ujar Kozack.
“Namun, berapa lama kondisi ini dapat bertahan masih menjadi pertanyaan," tambahnya.
Adapun World Economic Outlook bulan ini akan membahas dampak tarif terhadap ekonomi dan inflasi dari AS. Kozack menyebut laporan tersebut juga akan menghadirkan tinjauan tahunan kebijakan ekonomi dari Negeri Paman Sam (Article IV).
Ia menambahkan, pelemahan pasar tenaga kerja membuat langkah bank sentral memangkas suku bunga kebijakan pada bulan lalu menjadi tepat, mengingat inflasi menunjukkan tren menuju target dari Federal Reserve (The Fed).
Baca Juga: BPS Catat RI Inflasi 0,21% Pada September 2025
Namun, Kozack memperingatkan bahwa risiko kenaikan inflasi tetap ada sehingga bank sentral harus terus mencermati data untuk menentukan kebijakan selanjutnya di AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: