Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        WRI Indonesia Serukan Transisi Ekonomi Rendah Karbon yang Adil untuk Alam, Iklim, dan Manusia

        WRI Indonesia Serukan Transisi Ekonomi Rendah Karbon yang Adil untuk Alam, Iklim, dan Manusia Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Peralihan menuju ekonomi rendah karbon merupakan ujian besar bagi Indonesia dalam situasi perubahan politik dan krisis iklim global. Hal ini menjadi inti pesan dari Stories to Watch 2025 and Beyond yang diselenggarakan WRI Indonesia hari ini, dengan tema “Getting Transition Right for People, Nature, and Climate.”

        Tahun ini, Stories to Watch menitikberatkan pada momen-momen kritis dalam perjalanan Indonesia memulai fase baru pembangunan berkelanjutan di bawah kepemimpinan pemerintah yang baru, dengan orientasi ekonomi yang berbeda, serta dorongan untuk memenuhi komitmen Perjanjian Paris, yaitu membatasi pemanasan global tidak lebih dari 1,5°C. Indonesia dituntut melakukan transisi yang menyeluruh bagi manusia, alam, dan iklim.

        Direktur WRI Indonesia Nirarta Samadhi menegaskan, “Transisi bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan. Tantangannya bukan hanya seberapa cepat kita melakukannya, tapi bagaimana memastikan manfaatnya dirasakan oleh masyarakat luas dan melibatkan seluruh pihak termasuk kelompok rentan, adil untuk alam dan juga iklim.”

        WRI Indonesia mengajak publik melihat lebih dalam tiga sistem yang saling berkelindan dan menentukan masa depan Indonesia: pangan, lahan, dan air; kota berketahanan iklim; serta energi dan industri. Ketiganya bukan sekadar sektor pembangunan, tetapi fondasi bagi arah transisi nasional.

        Sektor pangan, lahan, dan air berkontribusi sekitar 25% dari total emisi gas rumah kaca nasional. Namun, sektor ini juga merupakan sumber kehidupan bagi jutaan masyarakat dan tulang punggung kedaulatan pangan nasional. Tak heran, sektor ini menjadi salah satu prioritas bagi pemerintah nasional.

        Baca Juga: Menkeunya Trump: IMF Mending Jual Lapangan Golf

        WRI Indonesia terus mengusung kolaborasi untuk mendorong transformasi pada sektor pangan, lahan, dan air. Di sektor pangan, WRI Indonesia mengedepankan konsep eko-regionalisasi sistem pangan dengan pendekatan yang disesuaikan dengan konteks lokal di masing-masing wilayah.

        Pada sektor lahan, WRI Indonesia terus mengembangkan dan menyebarluaskan berbagai teknologi yang dapat meningkatkan efektivitas perlindungan dan produktivitas lahan agar dapat terus mendukung kehidupan masyarakat. Dalam sektor air, WRI Indonesia mendukung upaya- upaya pemerintah dan para pihak untuk mencapai swasembada air di Indonesia. Hal terpenting adalah, seluruh upaya ini harus berpusat pada masyarakat lokal agar mampu melindungi alam sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka.

        Di sektor perkotaan, urbanisasi yang pesat diperkirakan akan mendorong lebih dari 70% penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan pada 2045. Tantangan pun meningkat, dari polusi udara, keterbatasan hunian layak, hingga ketergantungan pada transportasi berbahan bakar fosil. Melalui berbagai inisiatif WRI Indonesia mendukung pemerintah dan masyarakat dalam membangun kota yang inklusif, tangguh, dan rendah karbon, mencakup peningkatan sistem inventarisasi emisi di sektor transportasi, penguatan integrasi lintas moda, serta pengembangan skema pembiayaan untuk transisi menuju kendaraan listrik. WRI Indonesia

        melalui berbagai kerjasama dengan pemerintah daerah dan swasta mendorong peralihan ke penggunaan kendaraan berbasis listrik untuk dekarbonisasi sektor transportasi, termasuk untuk mobilitas pribadi, umum dan kendaraan berat, di Jakarta, Bali, Surabaya dan Makassar.

        Di saat yang sama, WRI Indonesia juga mendorong peningkatan kualitas hunian dan perlindungan ruang terbuka hijau yang penting bagi udara bersih dan ketahanan lingkungan, sehingga kota-kota Indonesia menjadi tempat hidup yang sehat, adil, dan berkelanjutan bagi semua.

        Baca Juga: Cukai Rokok dan HJE 2026 Tidak Naik, Serikat Pekerja Tembakau Apresiasi Keputusan Menkeu

        Sektor energi dan industri menjadi mesin utama bagi produktivitas nasional, investasi, dan penciptaan lapangan kerja, dengan 18,9% PDB Indonesia berasal dari industri manufaktur yang menyerap 19,3 juta tenaga kerja. Namun sektor ini menjadi tantangan besar dalam pencapaian reduksi emisi Indonesia, karena sektor energi menyumbang 752 juta ton CO₂e, atau 55% dari total emisi nasional per 2023 sebagian besar berasal dari penggunaan batu bara, bahan bakar cair, dan gas, sedangkan industri manufaktur berkontribusi sekitar 34% karena masih bergantung pada energi fosil.

        Dalam transisi ini, WRI Indonesia bermitra dengan pemerintah dan sektor swasta memperkuat fondasi kebijakan berbasis sains dan mempercepat dekarbonisasi melalui penyusunan Peta Jalan Dekarbonisasi Industri dan Peta Jalan Dekarbonisasi Nikel, serta mendukung inovasi pembiayaan dan pengembangan teknologi energi bersih yang terjangkau dan inklusif. Hal ini sejalan dengan arah RUPTL yang menargetkan 76% tambahan kapasitas listrik dari energi terbarukan. Dengan ekosistem yang saling memperkuat ini, Indonesia berpotensi besar menjadi kekuatan manufaktur hijau di Asia Tenggara.

        Yenny Wahid, Anggota Dewan Pembina WRI Indonesia dan Direktur Wahid Foundation, serta salah satu tokoh masyarakat yang aktif memperjuangkan nilai-nilai keberagaman dan keberlanjutan, menyoroti pentingnya kepemimpinan bangsa dalam menentukan arah transisi. “Kebijakan publik yang diambil oleh para pemimpin pemerintahan akan menentukan masa depan rendah karbon kita. Kepemimpinan iklim sejati membutuhkan keberanian moral, bukan sekadar strategi ekonomi,” tegas Yenny.

        Acara ini juga menyuguhkan tiga panel diskusi bertajuk Akselerasi Ambisi Iklim Indonesia untuk Pertumbuhan Ekonomi; Mendorong Transisi Energi untuk Perkotaan dan Industri; dan, Membangun Dampak Bermakna Bagi Manusia dan Alam Melalui Transformasi Sistem Pangan, Lahan dan Air. Pembicara di setiap panel adalah tokoh-tokoh nasional pada bidang-bidang terkait, antara lain Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah; Julmansyah, Direktur Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat, Kementerian Kehutanan; William P. Sabandar, Presiden Intelligent Transport System (ITS) Indonesia; Joko Tri Haryanto, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup; dan masih banyak lainnya.

        Baca Juga: Di Forbes Global CEO Conference, Presiden Prabowo Paparkan Strategi Ekonomi Nasional

        Sebagai penutup Stories to Watch 2025 C Beyond peneliti-peneliti muda WRI Indonesia menegaskan perlunya keterlibatan setiap pihak yang hadir untuk mendukung inisiatif transisi untuk manusia, alam dan iklim, dan mendukung WRI Indonesia sebagai lembaga riset berbasis sains yang menjadi mitra terpercaya untuk pemerintah dan bisnis. Acara ini diselenggarakan setiap tahun untuk menjadi referensi bagi pemerintah, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat sipil.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: