Sinergi Lintas Sektor Selamatkan Pangan dan Lingkungan: Indonesia Perkuat Ketahanan Pangan Berkelanjutan
Kredit Foto: WE
Di tengah tantangan krisis pangan dan meningkatnya tekanan terhadap lingkungan, Indonesia terus menguatkan langkah menuju sistem pangan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Semangat itu tercermin dalam penyelenggaraan talkshow bertajuk “Selamatkan Pangan, Wujudkan Ketahanan Pangan dan Lingkungan Lestari”, yang digagas oleh Kementerian Koordinator Bidang Pangan bersama UNDP Indonesia dan Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL).
Kegiatan ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, akademisi, lembaga keagamaan, dan masyarakat, untuk membahas cara konkret mengurangi susut dan sisa pangan (food loss and waste/FLW) di seluruh rantai pasok, sekaligus menekan timbulan sampah plastik dari sektor pangan.
Melalui dialog lintas sektor ini, diharapkan lahir kolaborasi yang mampu mengubah cara pandang terhadap pangan: bahwa menjaga setiap butir makanan berarti menjaga bumi, masa depan, dan ketahanan bangsa.
Sinergi Lintas Sektor untuk Pangan dan Lingkungan Berkelanjutan
Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional, Nita Yulianis, menekankan pentingnya pengelolaan pangan secara efisien untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. “Menjaga ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan, tetapi juga bagaimana kita memastikan pangan bergizi tidak terbuang dan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan, upaya pengurangan kehilangan dan pemborosan pangan harus berjalan beriringan dengan pengelolaan sampah organik secara produktif melalui pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah.
Senada dengan hal tersebut, Nizhar Marizi, Direktur Lingkungan Hidup di Kementerian PPN/Bappenas, menyoroti pentingnya integrasi antara isu pangan, lingkungan, dan ekonomi sirkular dalam perencanaan pembangunan nasional. “Krisis pangan dan krisis lingkungan adalah dua sisi dari koin yang sama. Keduanya hanya bisa diatasi dengan sistem produksi dan konsumsi yang lebih bertanggung jawab serta kolaborasi lintas sektor yang kuat,” ungkapnya.
Sementara itu, Hayu Prabowo, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam MUI, menggarisbawahi peran nilai-nilai keagamaandalam menumbuhkan kesadaran lingkungan. “Ajaran agama selalu mengajarkan keseimbangan dan tanggung jawab. Menghindari pemborosan pangan adalah bentuk ibadah sosial yang nyata, karena setiap butir makanan adalah amanah,” tuturnya.
Dari sisi masyarakat sipil, Hendro Utomo, CEO Foodbank of Indonesia menyoroti pentingnya solidaritas sosial dalam mengatasi kesenjangan akses pangan.
“Masih banyak saudara kita yang kekurangan, sementara banyak pangan berlebih terbuang. Foodbank hadir untuk menjembatani keduanya — agar tidak ada yang lapar di tengah kelimpahan,” jelasnya.
Inisiatif ini, lanjutnya, juga memperkuat jejaring relawan dan komunitas lokal untuk memperluas distribusi pangan bergizi bagi masyarakat rentan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait: