Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harapan Damai Dagang AS–China Perkuat Sentimen Pasar Dunia

        Harapan Damai Dagang AS–China Perkuat Sentimen Pasar Dunia Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pasar saham global menguat pada perdagangan Selasa (28/10) dipimpin lonjakan sektor teknologi dan meningkatnya harapan terhadap pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS). 

        Sentimen positif juga menguat setelah muncul sinyal perbaikan hubungan dagang antara AS dan China, yang menambah optimisme investor menjelang keputusan kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).

        Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,34% menjadi 47.706,37, S&P 500 bertambah 0,23%, dan Nasdaq melonjak 0,8% didorong saham teknologi besar. 

        Saham Nvidia melesat 5% setelah mengumumkan pembangunan tujuh superkomputer kecerdasan buatan (AI) untuk Departemen Energi AS senilai US$500 miliar. Kenaikan tersebut menambah kapitalisasi pasar perusahaan menjadi mendekati US$5 triliun.

        Baca Juga: Trump Optimistis Bakal Deal Sama China, Ungkit Soal TikTok

        Saham Microsoft menguat 2% setelah memperluas kemitraan dengan OpenAI, sementara Apple menembus valuasi US$4 triliun dengan kenaikan tipis 0,1%. 

        Dari sisi korporasi lainnya, UPS melonjak 8% berkat hasil keuangan yang melampaui ekspektasi, sedangkan Visa melaporkan pertumbuhan laba kuartalan akibat peningkatan volume transaksi.

        Optimisme investor meningkat menjelang pengumuman kebijakan The Fed. Berdasarkan data CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin mencapai 99,9%, seiring melambatnya inflasi AS menjadi 3% dan melemahnya pasar tenaga kerja. 

        "Pelaku pasar menanti pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell mengenai arah kebijakan selanjutnya dan potensi penghentian quantitative tightening," ungkap Kiwoom Sekuritas dalam risetnya, Rabu (29/10/2025).

        Baca Juga: China Salahkan Rezim Trump Soal Kepanikan Atas Kontrol Ekspor Logam Tanah Jarang

        Di sisi geopolitik, sambung riset tersebut, sinyal redanya tensi perdagangan antara AS dan China turut memperkuat euforia pasar. The Wall Street Journal melaporkan bahwa Presiden Donald Trump mempertimbangkan pemangkasan tarif impor bahan kimia fentanyl dari 20% menjadi 10% apabila Beijing membatasi ekspor bahan baku tersebut. 

        Kedua negara juga dikabarkan akan meninjau draft kerangka kerja sama dagang baru yang disusun di Kuala Lumpur.

        Langkah diplomatik serupa juga dilakukan antara AS dan Jepang. Trump serta Perdana Menteri Sanae Takaichi menandatangani kerja sama pengamanan pasokan mineral tanah jarang guna mengurangi ketergantungan terhadap China. 

        Selain itu, diplomat AS Gabriel Escobar bertemu pelaku tambang di Brasil membahas eksplorasi rare earth sebagai bagian dari strategi pasokan alternatif global.

        Di Eropa, pasar bergerak bervariasi menjelang keputusan The Fed. DAX Jerman turun 0,1%, CAC 40 Prancis melemah 0,3%, sementara FTSE 100 Inggris naik 0,5%.

        "Kinerja emiten besar seperti HSBC dan BNP Paribas memberikan sinyal campuran, masing-masing turun akibat provisi hukum dan naik karena kenaikan pendapatan perdagangan," jelas Kiwoom.

        Sementara itu, di Asia, indeks Nikkei 225 Jepan terkoreksi 0,4% setelah sempat mencetak rekor tertinggi, KOSPI Korea Selatan melemah 1%, dan Hang Seng Hong Kong turun 0,3%. 

        Baca Juga: Tersinggung Hanya karena Iklan yang Menyindir, Trump Naikan Tarif Tambahan 10 Persen

        Namun, Straits Times Index Singapura justru naik 0,6% didukung optimisme pasar terhadap reformasi ekonomi dan potensi penguatan dolar Singapura dalam jangka panjang.

        Dari sisi komoditas, harga emas terus menanjak dan diproyeksikan mencapai US$5.000 per ons pada 2026, sementara minyak mentah Brent turun 1,8% ke US$63,76 per barel seiring kabar OPEC+ akan meningkatkan produksi Desember mendatang.

        Di Indonesia, IHSG terkoreksi 0,30% ke level 8.092,63 akibat aksi jual asing senilai Rp1,20 triliun, dengan saham perbankan menjadi penekan utama. 

        Meski demikian, Kiwoom Research menilai level 8.000 menjadi penopang psikologis penting di tengah volatilitas tinggi menjelang keputusan The Fed dan potensi perlambatan perdagangan global.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: