Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Berkontribusi Besar di Sektor Kreatif, Fesyen Lokal Didorong Lebih Kompetitif di Pasar Global

        Berkontribusi Besar di Sektor Kreatif, Fesyen Lokal Didorong Lebih Kompetitif di Pasar Global Kredit Foto: Dok. Kemenekraf
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf), Teuku Riefky Harsya, mengungkapkan subsektor fesyen berkontribusi besar terhadap ekspor dan penyerapan tenaga kerja di sektor kreatif.

        Sehingga Kementerian Ekraf mengadakan kegiatan Bootcamp 1 sebagai bagian dari program Inkubasi Fesyen wilayah Jabodetabe yang ditujukan untuk mengakselerasi pegiat usaha fesyen agar produknya naik kelas, memiliki nilai tambah, dan siap bersaing di pasar nasional maupun global.

        Baca Juga: Berpatisipasi dalam WTM London 2025, RI Perkenalkan Pariwisata Berkelanjutan

        "Program inkubasi ini merupakan langkah awal Kementerian dalam meng-upscale jenama lokal yang sudah berdaya agar lebih mandiri dan kompetitif di pasar internasional, sehingga memperkuat peran ekonomi kreatif sebagai mesin baru pertumbuhan nasional yang dimulai dari daerah," ucapnya, dikutip dari siaran pers Kemen Ekraf, Selasa (4/11).

        Bootcamp ini berlangsung pada 31 Oktober–3 November 2025 di Hotel The 1O1 Suryakencana Bogor. Sebelumnya, program Inkubasi Fesyen Jabodetabek telah melalui tahapan Open Call (17 Oktober 2025), seleksi berbasis data jenama di Ekraf Hub (17–18 Oktober 2025), serta kurasi dan wawancara (17–18 Oktober 2025). Dari 61 pendaftar, terpilih 10 pegiat fesyen dengan produk berupa pakaian, tas, dan sepatu dari wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten untuk mengikuti pelatihan intensif selama empat hari.

        Deputi Bidang Kreativitas Budaya dan Desain Yuke Sri Rahayu menegaskan bahwa tujuan utama program ini tidak hanya untuk meningkatkan kapasitas pegiat usaha fesyen, tetapi juga memperkuat nilai tambah produk mereka. Ia juga mengungkapkan harapannya agar para peserta dapat mendorong terciptanya lapangan kerja kreatif yang lebih berkualitas.

        “Banyak peserta di sini sudah memiliki bisnis dan mempekerjakan rata-rata lima pegawai. Dengan 10 pemilik usaha yang ikut bootcamp ini, berarti ada sekitar 50 tenaga kerja yang turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” jelas Deputi Yuke.

        Ia menambahkan bahwa kegiatan bootcamp ini menjadi bagian dari pendampingan berkelanjutan yang telah disiapkan Kementerian Ekraf.

        “Kami sudah menyiapkan roadmap hingga 2029, mulai dari kurasi, pelatihan, hingga program akselerasi ekspor seperti ASIK. Jadi, semangat ini jangan berhenti di sini, teruskan mengikuti program Kementerian Ekraf berikutnya,” tambah Yuke.

        Berlangsung selama 4 hari, rangkaian bootcamp 1 pada setiap tahapannya dibimbing oleh para mentor yang ahli di bidangnya:

        – Hari pertama difokuskan pada pemahaman DNA dan story telling produk yang dituangkan dalam moodboard

        – Hari kedua pada proses penciptaan desain yang dituangkan pada bahan untuk menciptakan siluet produk

        – Hari ketiga penyelesaian dan presentasi siluet produk peserta serta materi aspek keuangan

        –Hari keempat ditutup dengan materi non praktek berupa succes story DNA produk, strategi branding serta optimalisasi media digital

        Salah satu mentor, Amanda Prihutomo, dosen fesyen di Binus University SOCCA, mengapresiasi inisiatif Kementerian Ekraf dalam menghadirkan pelatihan yang memberi ruang bagi para pegiat kreatif untuk belajar langsung dari pengalaman dan membangun usaha fesyen yang berkelanjutan.

        “Senang sekali bisa berbagi ilmu dengan para pelaku UMKM fesyen, tidak hanya tentang desain tetapi juga bagaimana membangun bisnisnya. Program seperti ini mendorong mereka tetap antusias mengembangkan desain dan usahanya hingga siap mengekspor produk,” ujar Amanda.

        Dalam sesi pengembangan bahan dan siluet produk, para peserta tampak antusias menciptakan versi terbaru dari produk mereka. Suasana ruang pelatihan dipenuhi aktivitas seperti menggunting kain, menggambar pola, hingga merajut bahan untuk menyelesaikan desain yang mereka kembangkan.

        Salah satu peserta, Eti Yuniarti selaku pemilik usaha PT Schon Craft, terlihat tekun merajut sepatu dan tas handmade karyanya. Usaha yang berfokus pada produk rajut ini telah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan telah dipasarkan secara ritel ke beberapa negara seperti Jepang, Belanda, dan Jerman. Eti berharap melalui program ini, produknya dapat dieskalasi lebih lanjut dan meningkatkan daya saing global dan akses pasar yang lebih luas.

        “Melalui program ini, kami tidak hanya belajar teori tapi juga praktik langsung. Harapannya, pendampingan dari Kementerian bisa terus berlanjut agar kami semakin siap memperluas pasar,” tutur Etik Nuryani.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
        Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

        Bagikan Artikel: