Kredit Foto: Romus Panca
Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan III 2025 mencatat kinerja solid dengan pertumbuhan sebesar 7,48 persen (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,14 persen (yoy).
Secara kumulatif, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kepri, Ronny Widijarto menjelaskan, ekonomi Kepri tumbuh 6,60 persen (ctc) dan tetap menjadi yang tertinggi di Sumatera dengan kontribusi 7,07 persen terhadap PDRB Pulau Sumatera.
"Pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, konstruksi, serta perdagangan, yang masing-masing tumbuh 6,82 persen, 19,83 persen, 5,71 persen, dan 5,54 persen (yoy)," jelasnya, dalam keterangan tertulis, Jumat (7/11/25).
Baca Juga: Berantas Tambang Ilegal, Polda Riau Tangkap Dua Pelaku Pemurnian Emas Tanpa Izin
Aktivitas industri meningkat pasca kepastian tarif resiprokal AS, sektor pertambangan didukung produksi dua sumur migas baru di Natuna, sementara konstruksi dan perdagangan tumbuh berkat proyek strategis, pengembangan kawasan industri, serta kegiatan MICE dan pariwisata.
"Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan didorong oleh investasi (PMTB) yang tumbuh 9,05 persen (yoy), konsumsi rumah tangga sebesar 4,12 persen (yoy), dan net ekspor yang melonjak 16,45 persen (yoy)," ujarnya.
Kinerja ini, diakuinya, sejalan dengan meningkatnya optimisme konsumen dan iklim investasi yang kondusif berkat kemudahan perizinan.
Sektor keuangan turut mendukung dengan pertumbuhan kredit 20,61 persen, DPK 14,06 persen, dan pembiayaan korporasi 26,37 persen. Digitalisasi ekonomi juga semakin pesat, tercermin dari 64,94 juta transaksi QRIS dengan nilai mencapai Rp7,71 triliun, tumbuh masing-masing lebih dari 140 persen secara tahunan.
Di sisi stabilitas harga, inflasi Kepri Oktober 2025 tercatat 3,01 persen (yoy), relatif terkendali meski mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya. Inflasi terutama dipicu oleh kenaikan harga emas perhiasan, sementara kelompok makanan mencatat deflasi ringan.
Ke depan, perekonomian Kepri diperkirakan tetap tumbuh kuat didukung oleh pengembangan KEK, kawasan industri, dan proyek strategis nasional, serta meningkatnya mobilitas masyarakat menjelang akhir tahun.
Sementara itu, inflasi diproyeksikan tetap terjaga dalam sasaran melalui penguatan koordinasi TPID dan pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dengan strategi 4K: keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Romus Panca
Editor: Amry Nur Hidayat