Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        IHSG Nanjak Tipis di Tengah Gempuran Sentimen Global

        IHSG Nanjak Tipis di Tengah Gempuran Sentimen Global Kredit Foto: Annisa Nurfitri
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pasar modal global bergerak hati-hati pada Rabu (19/11/2025) di tengah koreksi teknologi, penundaan rilis data ekonomi Amerika Serikat, serta meningkatnya ketegangan geopolitik Jepang–China yang menekan minat terhadap aset berisiko. Investor menahan posisi sambil menunggu laporan keuangan Nvidia dan arah kebijakan moneter The Federal Reserve.

        Di Wall Street, indeks utama mencatat penguatan terbatas. S&P 500 naik 0,38%, Dow Jones menguat 0,10%, dan Nasdaq memimpin dengan lonjakan 0,59%. Kenaikan tersebut terjadi setelah tekanan jual beberapa hari terakhir dipicu kekhawatiran gelembung artificial intelligence dan valuasi teknologi yang dinilai kian mahal. Nvidia melaporkan kinerja lebih baik dari perkiraan dan menaikkan proyeksi pendapatan kuartal IV, sehingga sempat mengangkat sentimen sektor teknologi.

        Namun, riset Kiwoom Sekuritas pada Kamis (20/11/2025) menilai pasar masih rapuh karena backlog data ekonomi AS membuat pelaku pasar kesulitan membaca momentum makro. Penundaan rilis US Payroll—dampak penutupan pemerintahan—membuat laporan September baru akan dirilis Kamis, sementara data Oktober dan November digabung. “Minimnya data mempersempit ruang pertimbangan The Fed menjelang FOMC Desember,” tulis riset tersebut.

        Ketidakpastian bertambah setelah risalah FOMC Oktober mengungkap perbedaan pandangan tajam terkait laju pemangkasan suku bunga, mulai dari risiko inflasi hingga pelemahan pasar tenaga kerja. Sentimen kian tertekan setelah Presiden Donald Trump kembali menekan kebijakan moneter, menyebut akan “memecat Menteri Keuangan Scott Bessent jika tidak mampu mendorong penurunan suku bunga”, serta mengulangi kritik terhadap Chairman Jerome Powell.

        Pasar obligasi ikut berfluktuasi. Yield US Treasury naik seiring pemerintah menyampaikan bahwa data ketenagakerjaan Oktober–November belum dapat dirilis sebelum FOMC. Yield tenor 10 tahun berada di 4,129%, tenor 30 tahun 4,7487%, dan tenor 2 tahun 3,589%. Dolar menguat ke 157 yen per USD—tertinggi sejak Januari—sementara Dollar Index berada pada 100,20.

        Di Eropa, pergerakan saham cenderung mendatar. STOXX 600 stagnan, DAX turun 0,1%, CAC 40 melemah 0,2%, dan FTSE 100 terkoreksi 0,5%. Sebagian besar pasar Asia juga melemah, dipimpin Hang Seng dan KOSPI yang turun 0,7%. Tekanan meningkat di Jepang setelah yield JGB menyentuh level multi-dekade dan kekhawatiran fiskal bertambah. “Ketegangan diplomatik Jepang–China meningkat setelah Beijing menangguhkan impor perikanan Jepang, memicu pelemahan lanjutan indeks Nikkei 225,” jelas Kiwoom.

        Harga minyak anjlok lebih dari 2% dipicu laporan bahwa AS mendorong proposal penghentian perang Rusia–Ukraina. Sementara itu emas naik tipis ke USD 4.073 per ons di tengah meningkatnya permintaan aset aman menjelang rilis data tenaga kerja.

        Dari dalam negeri, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di 4,75% pada RDG November untuk menjaga stabilitas Rupiah, yang bergerak di kisaran Rp16.700 per dolar AS. Aliran modal asing kembali masuk, tercermin dari foreign net buy Rp1,67 triliun. IHSG menguat 0,53% ke 8.406,58 dan mendekati area resistansi 8.450–8.478.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: