Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menyambut Rapimnas KADIN, Indonesia Harus Menjadi Bangsa Pemenang

        Menyambut Rapimnas KADIN, Indonesia Harus Menjadi Bangsa Pemenang Kredit Foto: Kadin
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dalam sejarah bangsa-bangsa besar, ada satu prinsip yang tak pernah berubah: kepentingan nasional harus selalu berada di atas segalanya. Prinsip ini pula yang harus menjadi fondasi langkah Indonesia, khususnya ketika dunia memasuki kompetisi ekonomi yang semakin tajam, teknologi yang berubah cepat, dan geopolitik yang makin tak terduga.

        Rapimnas KADIN Indonesia tahun ini harus menjadi momentum untuk menegaskan satu hal: Indonesia bukan sekadar ingin maju, tetapi hendak menjadi bangsa pemenang. Untuk itu, kita membutuhkan keberanian dalam menetapkan prioritas, membuat keputusan strategis, dan mengeksekusi kebijakan besar dengan disiplin.

        Tiga Ketahanan yang Tidak Bisa Ditawar

        Bangsa pemenang dibangun di atas tiga pilar utama:

        1. Ketahanan Pangan
        2. Ketahanan Budaya
        3. Ketahanan Militer

        Ketiganya merupakan fondasi kedaulatan nasional. Tanpa ketahanan pangan, kita rentan. Tanpa ketahanan budaya, kita rapuh. Tanpa ketahanan militer, kita tidak dihormati. Ini bukan pilihan — ini keharusan.

        Saatnya Berhenti Menjadi Bangsa Penjual Mentah

        Indonesia terlalu lama dikenal sebagai negara eksportir bahan mentah. Nilai tambah hilang di luar negeri, sementara petani, nelayan, dan pelaku usaha hanya menerima porsi terkecil. Sudah waktunya kita berkata cukup.

        Contoh paling nyata adalah nikel. Ketika kita mengekspor bijih nikel mentah, nilai ekspornya hanya sekitar US$ 4 miliar pada 2017. Namun setelah kebijakan hilirisasi diterapkan, nilai ekspor produk olahan nikel melonjak menjadi US$ 33,8 miliar pada 2022 — meningkat lebih dari 700%.

        Ini bukti kuat bahwa nilai tambah terbesar hanya tercipta ketika pengolahan dilakukan di dalam negeri.

        Hal yang sama berlaku untuk komoditas lain:

        • Kelapa: Indonesia masih mengekspor kelapa bulat, padahal industri turunan seperti minyak kelapa premium, desiccated coconut, activated carbon, dan coco fiber memiliki nilai tambah berkali-lipat.
        • Tuna: Kita tidak boleh lagi membiarkan tuna kita dibeli mentah di laut lepas. Indonesia harus mengekspor produk olahan, bukan bahan baku.
        • Sawit, rumput laut, kopi, kakao, karet: semua memiliki potensi hilirisasi besar yang belum dimaksimalkan.

        Jika kita ingin menjadi negara produsen, hilirisasi bukan sekadar pilihan kebijakan — ini adalah strategi masa depan bangsa.

        Indonesia Adalah Raja Domain Knowledge di Era AI

        Dalam era kecerdasan buatan, domain knowledge adalah kekuatan yang menentukan kualitas, kecerdasan, dan originalitas model AI. Negara yang kaya domain knowledge adalah negara yang mampu membentuk narasi, membangun identitas digital, dan mendefinisikan standar global.

        Dan Indonesia adalah salah satu negara yang paling kaya domain knowledge di dunia:

        • 1.340 suku bangsa
        • 718 bahasa daerah
        • warisan budaya, kuliner, musik, seni, dan tradisi
        • pengetahuan lokal yang hidup dalam masyarakat adat
        • pola interaksi sosial yang sangat beragam
        • keragaman flora-fauna dan ekosistem yang unik

        Seluruh kekayaan ini bukan sekadar budaya — ini adalah “data bernilai tinggi” dalam ekosistem AI.

        Dengan strategi nasional yang tepat, Indonesia dapat menjadi raja domain knowledge dalam lanskap machine learning global.

        Ini modal strategis yang tak dimiliki negara lain, dan jika dikelola dengan benar, nilainya mampu menyamai bahkan melampaui komoditas alam.

        Indonesia Bukan Pasar. Indonesia Adalah Produsen.

        Dengan 270 juta penduduk, Indonesia adalah pasar domestik raksasa. Economies of scale untuk ratusan jenis produk bisa dicapai tanpa harus menunggu permintaan luar negeri.

        Tetapi selama ini, pasar besar kita lebih banyak dinikmati oleh produk luar. Ini harus diubah.

        Kita perlu keberanian untuk menyatakan:

        Indonesia bukan pasar global — Indonesia harus menjadi kekuatan produksi global.

        Dan untuk itu, kita membutuhkan manajemen eksekusi negara yang modern — sebuah pendekatan layaknya korporasi, dengan Presiden sebagai CEO, dan negara memiliki COO yang mampu:

        • menerjemahkan visi Presiden menjadi rencana operasional,
        • mengelola sumber daya nasional secara terukur,
        • menetapkan KPI untuk tiap kementerian,
        • serta menyinergikan Bappenas, Kemenkeu, dan K/L teknis dalam satu agenda bersama.

        Visi besar tanpa eksekusi akan menjadi retorika.

        Eksekusi tanpa disiplin akan melahirkan kegagalan.

        Kita membutuhkan keduanya: visi yang tajam dan eksekusi yang presisi.

        Rapimnas KADIN: Momentum Menyatukan Energi Kebangsaan

        Sebagai rumah besar dunia usaha, KADIN memiliki peran strategis untuk:

        • mempercepat industrialisasi,
        • memperluas hilirisasi,
        • membangun pusat-pusat produksi nasional,
        • menciptakan ekosistem UMKM yang naik kelas,
        • dan memastikan dunia usaha menjadi motor penggerak transformasi ekonomi.

        Rapimnas KADIN harus menjadi forum untuk menyatukan energi kebangsaan.

        Karena transformasi ekonomi Indonesia tidak bisa dikerjakan oleh pemerintah saja — dunia usaha harus berada di garis depan perubahan.

        Indonesia Harus Menjadi Bangsa Pemenang

        Tuhan telah memberikan kepada Indonesia segala modal untuk menjadi kekuatan besar: kekayaan alam, kekayaan budaya, kekuatan demografi, posisi strategis, dan potensi ekonomi yang masif.

        Tugas kita adalah memastikan semua modal itu dikelola dengan keberanian, ketegasan, dan kecintaan pada negeri ini.

        Mari kita tegakkan satu komitmen bersama:

        Kepentingan nasional di atas segalanya.

        Nilai tambah harus diciptakan di tanah Indonesia.

        Dan Indonesia harus menjadi bangsa pemenang.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: