Kredit Foto: MITI
PT Mitra Investindo Tbk (MITI) menyiapkan belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) sekitar Rp25 miliar untuk memperluas kegiatan bisnis hilirisasi pasir silika pada 2026. Investasi itu diarahkan untuk mendukung pengembangan konsesi entitas anak serta penyediaan armada transportasi, sejalan dengan rencana jangka panjang perusahaan dalam memperkuat rantai nilai komoditas silika.
Presiden Direktur MITI, Andreas Tjahjadi, mengatakan MITI mengalokasikan capex sebagai pendukung tahapan perizinan dan eksplorasi yang saat ini berjalan di beberapa anak usaha.
PT Kendawangan Berkah Kersik, entitas di bawah PT Nusantara Bina Silika, telah menyelesaikan Eksplorasi Tahap I dan tengah mempersiapkan proses untuk masuk ke Eksplorasi Tahap II setelah memperoleh Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi.
Dua entitas lainnya PT Kendawangan Prima Silika dan PT Danau Buntar Kuarsa masih berada dalam proses pemenuhan perizinan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH) Tahap Eksplorasi.
Andreas menjelaskan bahwa seluruh entitas akan mengikuti ketentuan yang berlaku, termasuk kebijakan pemerintah mengenai sentralisasi izin pasir silika yang mulai efektif pada 2026.
“Ketiga entitas itu akan mengikuti regulasi, termasuk rencana pemerintah terkait sentralisasi kewenangan perizinan pasir silika yang berlaku efektif pada 2026,” ujar Andreas dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (10/12/2025).
Dalam rangka memperkuat hilirisasi, MITI bersama PT Sumber Sari Rejeki entitas anak Interra Resources Limited Plc. mendirikan perusahaan patungan PT Ketapang Prima Resource pada Juli 2025. Perusahaan ini disiapkan sebagai pusat pengembangan industri silika terpadu.
“Ketapang Prima Resources saat ini dalam proses akselerasi proses perizinan untuk pengembangan hilirisasi silika terpadu, melalui pemenuhan kelengkapan persyaratan, studi, dan rencana pembangunan kawasan,” kata Andreas.
Ia berharap kawasan tersebut dapat menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang terhubung dengan ketiga konsesi tambang milik PT Nusantara Bina Silika. Pembangunan KEK itu disebut menjadi bagian dari strategi memperluas nilai tambah dan meningkatkan efisiensi operasi di masa depan.
MITI sebelumnya telah mengeluarkan belanja modal Rp3,8 miliar pada 2025 untuk mendukung kebutuhan awal hilirisasi. Pada tahun berikutnya, perseroan menganggarkan capex tambahan sekitar Rp24 miliar.
Anggaran tersebut difokuskan untuk pengadaan tugboat dan landing craft tank (LCT) yang akan menunjang kebutuhan mobilisasi material dan logistik tambang.
“Penambahan armada tersebut akan mendukung aktivitas transportasi dan logistik penambangan pasir silika mendatang,” ujarnya.
Baca Juga: Penertiban IUP di Raja Ampat Dinilai jadi Pembenahan Tata Kelola Tambang Era Menteri Bahlil
Dengan langkah ini, MITI menempatkan penguatan infrastruktur logistik dan penyelesaian perizinan sebagai prioritas sebelum memasuki tahap pembangunan kawasan industri silika.
Proses eksplorasi dan hilirisasi yang tengah berlangsung menjadi bagian dari persiapan jangka panjang untuk meningkatkan kapasitas bisnis dan memperluas pasar komoditas tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait: