Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        2016, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diperkirakan 5,3%

        Warta Ekonomi -

        WE Online, Kuningan - Ekonom sekaligus Komisaris PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Cyrillus Harinowo memprediksikan pada tahun 2016 mendatang pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik dibandingkan dengan pencapaian di tahun ini.

        Meski terjadi pelemahan ekspor yang disebabkan adanya penurunan harga-harga komoditas, namun, ekspor manufaktur Indonesia ternyata tumbuh lebih baik. Tapi, katanya, ke depan prospek ekspor Indonesia diperkirakan akan membaik dari sisi volume maupun harganya

        "Ekspor manufaktur membaik. Dulu kita impor sekarang kita sudah ekspor. Jadi prospek ekspor kalau tidak stagnan minimal ada perbaikan," ujarnya di Kuningan, Jawa Barat, Jumat malam (11/12/2015).

        Selain itu, tambahnya, pada awal tahun 2016 investasi dan konsumsi pemerintah juga sudah akan mulai terjadi sehingga akan ada dampak multiplier yang lebih baik pada perekonomian karena memicu industri semen, baja, dan pada akhirnya berdampak positif bagi perekonomian.

        "Yang mendukung pertumbuhan ekonomi ini juga karena investasi dan konsumsi pemerintah. Infrastruktur akan mengalami percepatan yang luar biasa seperti MRT, LRT, double tracking, tol Sumatera-Jawa serta pelabuhan laut dan udara. Jadi, pemerintahan Jokowi sangat luar biasa. Awal tahun 2016 besok pergerakan infrastruktur akan berjalan cepat. Jadi investasi seperti itu akan ada pergerakan multiplier, ini yang buat saya yakin," tegasnya.

        Adapun, faktor pendukung ekonomi Indonesia di tahun 2016 juga seperti inflasi yang cenderung rendah, membaiknya neraca transaksi berjalan, APBN sehat, belanja pemerintah lebih cepat, stimulus moneter oleh BI, dan stimulus keuangan oleh OJK.

        "Dari luar negeri ada kepastian kenaikan Fed Funds, Eropa, dan Jepang masih dalam fase stabilitas, tapi cenderung pelonggaran moneter. Stimulus moneter dan fiskal di RRT akan membuahkan hasil ini juga yang mendukung," terangnya.

        Hal tersebut membuat mantan Direktur Bank Indonesia (BI) ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 5,3 persen. Dengan tingkat inflasi sebesar 4,1 persen, lalu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) Rp 13.410-14.140. Kemudian posisi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang berada di level 6,5 persen. Artinya, ia memprediksikan tahun depan BI rate akan turun sebesar satu persen.

        Beberapa sektor yang akan menopang pertumbuhan ekonomi di antaranya sektor infrastruktur, otomotif, elektronika, produk konsumer, produk agrikultur (singkong, jagung, dan beras), dan juga dari e-commerce.

        "Faktor-faktor yang mendorong pencapaian tersebut karena adanya populasi yang besar. Kemudian kita juga ada demographic dividend dan juga kelas menengah yang mengalami perubahan pola belanja, pola investasi, pola makan, belanja durable goods seperti mobil, motor, gadget, elektronik meningkat. Namun, ada ancaman middle income trap," tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: