Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemerosotan Harga Karet Tak Terhindarkan di Sumut

Warta Ekonomi -

WE Online, Medan - Kemerosotan harga karet tidak terbendung lagi meski kesepakatan pengurangan volume ekspor masih berlangsung. Kondisi seperti ini diperkirakan akan terjadi hingga akhir tahun.

Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah mengatakan, berdasarkan penakaran yang dilakukan seluruh pengusaha karet pada umumnya memperkirakan harga karet akan sulit terdongkrak karena permintaan belum juga membaik. Ditambah lagi aksi ambil untung trader membuat kondisi semakin parah.

"Dari awal diumumkannya rencana pengurangan volume ekspor pada Januari lalu hingga Jumat (10/6/2016) selisih harga hanya 19,6 sen dari USD1,04 per kilogram (kg) menjadi USD1,23 per kg. Perbedaan yang tidak begitu besar seperti ekspektasi awak," katanya di Medan, Senin (13/6/2016).

Kemudian, setelah kesepakatan berlaku mulai Maret hingga akhir Agustus 2016 tercatat harga karet SIR 20 di bursa berjangka Singapura (SGX) diumumkan pernah mencapai harga tertinggi sebesar USD1,58 per kilogram (kg) pada 21 April 2016 namun selanjutnya terus mengalami penurunan terutama pada awal Mei terus menurun menjadi USD1,41 per kg pada 13 Mei 2016.

"Diperkirakan harga rendah seperti ini akan terus terjadi hingga kesepakatan berakhir. Dengan kata lain, pengurangan volume ekspor hanya mampu membuat harga tidak semakin turun dari ketika (kesepakatan) diumumkan namun tidak mampu mendongkrak harga hingga ke level neumeratif di tingkat petani yang berarti 1 kg karet sama dengan 2 kg beras," jelasnya.

Edy mengatakan persoalan membuat pengusaha khawatir adalah setelah kesepakatan berakhir maka kemerosotan harga tidak ada lagi yang menahan. Terlebih lagi jika kondisi permintaan dari negara utama buyer belum juga membaik. Kecuali jika ada power faktor dari negara produsen sehingga tidak bisa dikendalikan spekulan atau faktor lainnya.

"Harus ada langkah konkret dari negara-negara produsen utama. Sejauh ini pengusaha di Indonesia sudah memprediksi akan terjadi kondisi yang lemah hingga akhir tahun. Selanjutnya diharapkan ada langkah yang juga akan dilakukan negara penghasil karet lainnya," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: