Tingkat kualitas hidup masyarakat Indonesia masih dalam kategori rendah. Saat ini masih banyak ditemui masyarakat yang tidak mampu hidup produktif baik secara ekonomi maupun sosial.
Syafikul Abror, salah seorang pengusaha laundri di Jakarta, mengatakan dirinya pernah terjebak dalam fase kehidupan di mana kualitas hidupnya sangat rendah. Ia menjelaskan bahwa saat lulus sekolah menengah atas (SMA) dirinya dihadapkan pada pilihan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau bekerja.
"Itu pilihan yang sulit. Kalau saya bekerja dengan modal ijazah SMA itu penghasilannya kecil. Dan kalau saya lanjut kuliah juga berat sekali karena orang tua saya tidak mampu membiayai uang kuliah. Jadi, bisa dibilang saya nekat saat memutuskan buat kuliah," katanya.
Pilihan Abror buat melanjutkan kuliah ternyata merupakan putusan yang keliru. Kuliah tanpa memiliki modal pendidikan ternyata sangat sulit untuk dilakoni. Uang kiriman dari orang tuanya cepat habis untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada akhirnya, sebagai mahasiswa yang merantau ia terpaksa harus sering mengambil cuti karena tidak mampu bayar uang semester.
"Saat cuti itu saya memutuskan buat kerja. Segala macam pekerjaan saya lakoni. Mulai dari jaga warnet, kerja di lembaga survei, tapi iya itu gajinya kecil dan habis buat makan dan bayar kosan. Uang kuliah tidak terkumpul, uang kiriman pun tidak pernah datang. Jadi, kuliah terkatung-katung dan kerja pun tidak jelas saat itu," ujarnya.
Memasuki tahun ketiganya di Jakarta, ia memiliki ide buat membuka usaha laundri. Ia berpandangan bahwa dengan membuka usaha maka dirinya bisa mendapat dua keuntungan, yaitu penghasilan buat membiayai kuliah dan juga waktu luang buat belajar dan melanjutkan kuliah.
"Nah, saat itu di kosan juga banyak anak perantauan yang sering kehabisan uang kiriman. Saya bilang buka usaha laundri saja yuk daripada cuma main-main saja di kosan. Nanti kita bisa bagi-bagi tugas siapa yang jaga, siapa yang cuci. Kalau lagi ada kelas, yang lain bisa backup," tuturnya.
Abror mengatakan bantuan yang diberikan teman-teman bukan hanya bantuan tenaga saja, tetapi ada juga bantuan dari sisi pendanaan.
"Saat itu baru ngeh kalau mau buka usaha mesin cuci lantas uang buat beli mesin cuci dari mana? Kalau patungan tidak cukup. Kredit ke toko mesin cuci juga tidak bisa karena saya tidak punya penghasilan tetap. Akhirnya, ada teman kuliah yang sudah kerja mau bantu kami. Dia tidak beri uang cash, tetapi dia urusi kredit mesin cuci pakai KTP dia," terangnya.
Ia mengakui bahwa fasilitas pembiayaan sangat membantu dirinya yang butuh memiliki beberapa unit mesin cuci dengan cepat. Ia menerangkan penghasilan yang didapatkan dari usahanya kini bisa mencapai jutaan hingga belasan juta rupiah per bulan.
"Sekarang saya bisa kuliah dengan lancar. Teman-teman kuliah pun bisa dapat penghasilan tambahan dari sini. Bahkan, saya juga bisa memperkerjakan dua orang warga di sekitar sini. Artinya, usaha mesin cuci ini bisa memberi manfaat bagi masyarakat," sebutnya.
Meningkatkan Kualitas Hidup
Yassir, seorang pegawai swasta, menyampaikan hal serupa terkait manfaat fasilitas pembiayaan. Ia menjelaskan bahwa dengan pembiayaan dirinya bisa membeli barang yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Di Toko Dering Ponsel, Pondok Labu, Jakarta, ia mengatakan bahwa pada awalnya hanya ingin membeli produk handphone tipe biasa saja, namun dengan adanya fasilitas pembiayaan Home Credit Indonesia maka ada tambahan alternatif produk handphone.
"Tadinya mau beli handphone biasa saja, tapi sekarang bisa pilih smartphone yang lebih bagus. Daripada beli yang murah, tapi cepat rusak. Lebih baik beli yang mahal sekalian, namun awet dan bagus. Lagipula cicilannya juga tidak terlalu mahal jadi saya masih bisa tanggunglah," katanya.
Sementara itu, CEO PT Home Credit Indonesia Jaroslav Gaisler mengatakan pihaknya memiliki komitmen kuat untuk memberikan jasa pembiayaan multiguna yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
"Kami berkomitmen menjadi perusahaan pembiayaan yang mampu meningkatkan kualitas hidup nasabah dan kami berusaha untuk terus meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia," tegasnya.
Ia menjelaskan fasilitas pembiayaan bisa sangat memberikan nilai tambah bagi masyarakat apabila dimanfaatkan dengan baik. Ia mencontohkan seorang ibu rumah tangga yang memiliki tambahan waktu buat diisi kegiatan produktif setelah membeli mesin cuci dengan memanfaatkan fasilitas pembiayaan.
"Dengan membeli mesin cuci maka seseorang ibu rumah tangga bisa memanfaatkan waktunya untuk mengerjakan hal-hal yang bermanfaat seperti mengasuh anak, membaca buku, belajar, atau melakukan sesuatu yang lebih produktif, daripada sekedar menghabiskan waktu buat mencuci (secara tradisional)," terangnya.
Untuk menjamin bahwa fasilitas pembiayaan ini dimanfaatkan dengan baik, ia mengatakan pihak Home Credit senantiasa melakukan edukasi terhadap masyarakat. "Oleh karena itu, kami terus-menerus melakukan edukasi agar masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas pembiayaan ini dengan baik," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement