Tata Steel Jajaki Bentuk Perusahaan Patungan dengan ThyssenKrupp
Tata Steel India telah memasuki pembicaraan dengan ThyssenKrupp Jerman, atas kemungkinan terbentuknya perusahaan joint venture untuk operasi bisnis Eropa, sebagai alternatif yang potensial untuk menjual bisnis di Inggris.
Perusahaan telah mempertimbangkan tujuh tawaran untuk aset Tata di Inggris, yang disebabkan oleh kelebihan pasokan baja global, impor murah ke Eropa, biaya tinggi dan volatilitas mata uang. Namun, ketidakpastian yang disebabkan oleh keputusan rakyat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa mendorong perusahaan untuk mencari alternatif dan solusi portofolio berkelanjutan untuk bisnis Eropa.
"Tata Steel kini telah memasuki diskusi dengan pemain strategis dalam industri baja, termasuk ThyssenKrupp AG," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Minggu (10/7/2016).
Koushik Chatterjee, direktur eksekutif kelompok dan direktur eksekutif Tata Steel untuk Eropa, mengatakan bahwa terlalu dini untuk memberikan jaminan tentang keberhasilan pembicaraan tersebut.
Kendati demikian, ia menekankan bahwa setiap kesepakatan, terutama mengenai masuknya bisnis Inggris dalam usaha patungan, tergantung pada pembicaraan dengan pemerintah Inggris dan Welsh dan serikat buruh, serta menyelesaikan masalah kewajiban pensiun.
Pemerintah Inggris telah berlomba untuk membantu menemukan pembeli dan menyelamatkan sekitar 12.000 pekerja, termasuk di pabrik baja Port Talbot di Wales yang merupakan pabrik baja terbesar di negara tersebut.
Sekretaris bisnis Sajid Javid bertemu Ketua global Tata, Cyrus Mistry, di India pada Jumat lalu dan menegaskan kembali komitmen pemerintah Inggris untuk membantu.
"Kami akan terus bekerja sama dengan Tata untuk menemukan solusi jangka panjang," katanya.
Pemerintah sebelumnya mengatakan akan memberikan kontribusi ratusan juta pound untuk setiap potensi kesepakatan dan mengambil saham hingga 25 persen di aset tersebut. Namun Inggris telah diguncang oleh hasil referendum untuk meninggalkan Uni Eropa, yang menyebabkan penurunan drastis nilai pound serta menjerumuskan Inggris ke dalam ketidakpastian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement