Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pound Sterling Jatuh ke Terendah 30 Tahun Terhadap Dolar AS

Pound Sterling Jatuh ke Terendah 30 Tahun Terhadap Dolar AS Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, London -

Kurs pound sterling jatuh ke tingkat terendah dalam lebih dari tiga dekade terhadap dolar AS yang menguat di seluruh papan perdagangan pada Selasa (4/10/2016), terpukul kekhawatiran atas dampak kepergian Inggris dari Uni Eropa.

Greenback mencapai tertinggi 13-hari terhadap sekeranjang mata uang utama, dibantu oleh keuntungan terhadap yen dan survei positif sektor manufaktur AS yang mendorong investor meningkatkan spekulasi mereka pada kenaikan suku bunga AS di akhir tahun ini.

Pound telah merosot lebih dari satu persen pada hari sebelumnya dipicu pengumuman Perdana Menteri Inggris Theresa May pada Minggu bahwa proses formal yang akan mengambil Inggris keluar dari Uni Eropa akan dimulai pada akhir Maret tahun depan.

Mata uang Inggris diperpanjang kejatuhannya pada Selasa, tergelincir lebih dari setengah persen menjadi 1,2757 dolar, terlemah sejak Juni 1985. Itu membawanya turun 15 persen sejak referendum keanggotaan Inggris di Uni Eropa pada 23 Juni.

Banyak kekhawatiran di pasar bahwasikap pemerintah menunjukkan ke "Brexit keras", di mana Inggris berhenti dari pasar tunggal dalam mendukung mempertahankan kontrol atas migrasi dan bisa mendorong eksodus bank-bank dari London.

"Berita utama telah kita lihat dalam beberapa hari terakhir ... telah menjadi fokus perhatian pasar tentang tantangan struktur besar yang Inggris sedang hadapi, terutama jika Inggris akan pergi menjadi Brexit 'keras' daripada 'lembut'," kata analis valas HSBC Dominic Bunning, menyoroti laporan yang menunjukkan Inggris pasca-Brexit tidak akan mendukung sektor keuangan.

Bunning mengatakan investor khawatir bahwa jika industri jasa keuangan besar Inggris menerima pukulan besar dari Brexit, itu bisa membantu memperluas defisit transaksi berjalan yang sudah menganga.

Sementara gejolak di hari-hari dan minggu-minggu setelah referendum Uni Eropa mendorong permintaan untuk mata uang "safe-havens" seperti yen, analis menyatakan bahwa kemerosotan terbaru dalam pound belum memicu reaksi serupa.

Dolar naik 0,8 persen ke level tertinggi 13-hari di 102,495 yen pada Selasa.

"Sekarang reaksi kepada Perdana Menteri May menetapkan tenggat waktu kepergian yang sebagian besar berdampak terbatas pada pound. Sebuah dampak negatif yang lebih besar pada ekonomi Inggris akan disaksikan untuk keburukan Brexit menyebabkan penghindaran risiko yang lebih luas," kata Masafumi Yamamoto, kepala strategi mata uang di Mizuho Securities di Tokyo.

Beberapa analis mengatakan dolar juga telah menguat terhadap yen khususnya karena penurunan penghindaran risiko, setelah kekhawatiran tentang stabilitas Deutsche Bank telah mereda untuk saat ini.

Dolar Australia menunjukkan sedikit reaksi terhadap keputusan kebijakan bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia, yang secara luas telah diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneternya, merayap turun 0,1 persen menjadi 0,7664 dolar. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: