Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi (13/10/2016) bergerak melemah sebesar 13 poin menjadi Rp13.023 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.010 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa dolar AS mempertahankan tren penguatannya setelah risalah pertemuan kebijakan moneter The Fed mempertegas rencana kenaikan suku bunga acuan.
"Nlai tukar rupiah masih tertekan isu global walaupun beberapa berita positif seperti membaiknya realisasi pajak serta harapan tinggi didapatkannya peringkat 'investment grade' dari Standard & Poor's," katanya.
Ia mengatakan bahwa salah satu faktor yang menekan rupiah yakni harga minyak mentah dunia yang melemah.
Terpantau harga minyak mentah jenis WTI melemah 0,88 persen menjadi 49,74 dolar AS per barel, dan Brent bergerak turun 0,73 persen ke posisi 51,43 dolar AS per barel, pada Kamis pagi.
"Rupiah juga melemah bersama dengan mayoritas kurs di kawasan Asia terhadap dolar AS," katanya.
Analis pasar uang Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa potensi kenaikan suku bunga AS pada tahun ini yang masih terbuka dan penurunan harga minyak mentah dunia terus mendorong permintaan untuk dolar AS.
Kendati demikian, lanjut dia, pelaku pasar juga hati-hati menjelang rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia pada pekan depan. Diharapkan ada kebijakan baru yang diapresiasi pasar sehingga dapat mejaga fluktuasi mata uang domestik. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement