Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Ahli kebijakan agraria dan pertanahan Budi Mulyanto mengatakan lahan subur yang ada di luar Pulau Jawa kebanyakan sudah terpakai sehingga tidak dapat mendukung penyediaan pangan.
Guru besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menuturkan meski hanya 6,59 persen dari daratan Indonesia, Pulau Jawa masih merupakan penyedia pangan terbesar, terutama untuk komoditas beras (51,7 persen), jagung (54,1 persen) dan kedelai (62,3 persen).
"Jawa itu luar biasa karena 95 persen lahannya berkembang dari gunung api. Itu konsekuensi dari gunung api, beri unsur hara yang menyuburkan," katanya dalam diskusi "Kebijakan Pembangunan Pertanian di Indonesia" di Jakarta, Kamis (13/10/2016).
Menurut Budi Mulyanto, untuk mencari lahan seindah dan sesubur Jawa dalam penyediaan pangan nasional tidaklah sulit.
"Ikuti saja gunung api atau 'ring of fire'. Kesuburan lahan mengikuti di wilayah tersebut," ujarnya.
Selain Jawa dan Bali, daerah lain yang masuk wilayah "ring of fire" diantaranya Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan hingga Maluku dan Papua.
Sayangnya, lanjut Budi, tidak semua area sekitar gunung Merapi bisa dengan mudah dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
"Sumatera Utara, dekat Sinabung itu sudah jadi Medan. Di Sumatera Barat dekat Marapi sudah jadi Padang, Bukittinggi. Tapi sayangnya, semua lokasinya sudah 'well developed' (sudah dibangun) jadi sulit dijadikan lahan pertanian," katanya.
Meski demikian, lanjut mantan Dirjen Pengadaan Tanah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN) itu, bukan berarti tidak ada cara untuk bisa mendapatkan lahan subur untuk pertanian.
"Ada tanah, kita juga punya teknologi. Ada Ilmu tanah, bisa dievaluasi berdasarkan lereng, ketebalan tanah dan unsurnya. Bisa dimungkinkan dapat lahan subur. Tinggal bagaimana kebijakan dari pemerintah," jelasnya.
Budi menambahkan, upaya mencari lahan subur untuk penyediaan pangan nasional juga sejalan dengan reforma agraria yang jadi sorotan pemerintahan Presiden Jokowi.
"Roadmap-nya jelas dengan program sembilan juta hektare lahan untuk petani. Bagaimana dan di mana saja lokasinya, masih terus dikerjakan Kementerian ATR/BPN," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement