Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bisnis Kopi Palembang yang Tak Sepahit Rasanya

Bisnis Kopi Palembang yang Tak Sepahit Rasanya Kredit Foto: Id.wikipedia.org
Warta Ekonomi, Palembang -

Peluang bisnis kopi bubuk atau kedai kopi di Kota Palembang Sumatera Selatan cukup menjanjikan, karena edukasi tentang kopi di masyarakat semakin meningkat.

"Bisnis kopi di kota tersebut saat ini relatif marak, sehingga omset penjualan kopi bubuk berikut jumlah kunjungan di kedai kopi mengalami kenaikan 20 sampai 30 persen tiap bulannya," kata Fadel (24) pemilik "Kedai Kopi Baik" saat ditemui pada festival kopi Kampung Arab Al-Munawir Palembang, Minggu (30/10/2016).

Sementara itu, menurut pemilik Kedai Kopi Cofeephile, berlokasi di Jalan Demang Lebar Daun, Asep Imam Somanhudi (24), tiap tahun jumlah kedai kopi di Palembang terus bertambah, sehingga tahun depan masih ada kemungkinan jumlah pengusaha baik produsen kopi bubuk atau pemilik kedai kopi akan bertambah.

Hal itu didukung kemunculan beragam festival dan acara-acara yang mengenalkan kopi kepada masyarakat, tambahnya.

Tren peningkatan itu yang memancing pengusaha kopi asal Semende Kabupaten Muaraenim, Sunarno (54) ikut berbisnis dengan mendirikan kedai kopi di kota pempek. Meski, bisnis tersebut masih terhalang persoalan dana dan lokasi.

Bisnis kopi di Palembang cukup menjanjikan, terutama setelah melihat tingginya animo pengunjung festival kopi Kampung Arab Al-Munawir selama dua hari ini, kata Sunarno.

Pemilik Kedai Kopi Baik, Faadel menambahkan usaha kopi tidak begitu butuh modal besar, cukup enam sampai 10 juta rupiah.

"Antusiasme warga terhadap festival kopi Kampung Al -Munawar ini cukup tinggi dibuktikan jumlah pengunjung yang datang melewati harapan penyelenggara," kata ketua panitia, Robi Sunata.

Ia menjelaskan, festival kopi sendiri melibatkan 16 pengusaha dan pemilik kedai kopi di Kota Palembang, Pagaralam, Empat Lawang dan Muaraenim - daerah penghasil kopi terbaik Sumatera Selatan.

Kampung Al -Munawar menjadi destinasi festival kopi karena pada masa penjajahan Belanda wilayah itu sudah meracik kopi dengan campuran rempah khas.

Pasca kemerdekaan, kopi produksi Kampung Al-Munawar mulai dikenal dengan berbagai merek, seperti ABK dan sendok emas, kata Muhammad bin Abdul Kadir (58), salah satu tokoh adat dan keturunan keenam di kampung tersebut. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: