Para petani kopi jenis liberika di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, mengeluhkan karena masih kurang promosi oleh pemerintah setempat.
"Petani kopi secara umum mengeluh, karena produk yang mereka hasilkan belum dikenal luas," ucap penampung kopi liberika, Muhammad Romadani di Selatpanjang, Meranti, Selasa (8/11/2016).
Dia mengatakan, kondisi ini terbalik jika dibandingkan produk tanaman sagu warga di Meranti justeru selangkah lebih maju. Apalagi akhir bulan lalu, hasil penganan berbahan dasar sagu Meranti telah memecahkan Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) dalam kategori kuliner dengan berjumlah 369 jenis olahan.
Padahal kopi liberika ditanam petani, ia mengklaim, telah dipasarkan sampai negeri jiran Malaysia melalui pedagang pengumpul, jika dibanding dalam negeri.
"Kita dapat informasi kalau permintaan dari Malaysia justeru lebih besar, dibanding dalam negeri. Inilah kondisi ril di tingkat petani," katanya.
"Belum lagi, persaingannya. Kopi liberika Meranti ini, harus bersaing dalam merebut pasar dalam negeri dengan jenis kopi lain seperti robusta, arabika dan luwak," terang Romadani.
Nyoto (52), petani kopi berasal Desa Kedabu Rapat, Kecamatan Rangsang Barat, Meranti mengaku, pihaknya tahun lalu pernah mendapat tawaran untuk mencukupi kebutuhan kopi nasional 10 sampai 15 ton per bulan. Tetapi petani kopi di Kepulauan Meranti yang masih memproduksi dengan cara tradisional, baru mampu memasok kebutuhan sebesar tiga sampai lima ton dalam sebulan.
Data Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat 2014, luas kebun kopi liberika sekitar 1.170 hektare, 80 persen diantaranya berada di Desa Kedabu Rapat dan sisanya tersebar di Kecamatan Rangsang Barat.
"Kita sanggupnya, cuma pasok sekitar lima ton per bulan. Kopi kita tidak selalu bermusim, hanya dua kali dalam setahun," tuturnya.
Muhammad Firdaus, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Riau pernah mengaku, ingin membantu agar kopi dari Meranti dapat diterima masyarakat, terutama warga di Pekanbaru.
"Kami ingin 'branding-kan', nama kopi liberika ini dulu. Rencananya, pertengahan Juni tahun ini kami turun. Kami ingin melihat sejauh mana proses pengolahan dan apa yang dibutuhkan untuk bantu petani kopi," kata dia. (Ant).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Leli Nurhidayah
Advertisement