Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nilai Saham Anjlok, BRI: Hanya Sementara

Nilai Saham Anjlok, BRI: Hanya Sementara Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam didampingi seluruh jajaran direksi BRI menyampaikan bahwa peluncuran satelit BRISat mengalami penundana, yang semula direncanakan tanggal 9 Juni menjadi tanggal 16 Juni 2016. BRI, menurut Asmawi memahami penundaan ini karena terkait faktor keamanan. Penundaan ini pun tidak akan merugikan BRI secara financial. (Sufri Yuliardi) | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada perdagangan Senin (14/11/2016) kemarin mengalami penurunan sebesar 5,8%. Penurunan ini juga dialami oleh beberapa saham sektor perbankan lainnya yang dibarengi dengan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa hari terakhir.

Pelemahan IHSG dalam dua hari perdagangan disebabkan ketidakpastian pasar akan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke depan.

Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan pelemahan nilai saham yang dialami perseroan hanya bersifat sementara.

"Ini (penurunan nilai saham) bukan hanya terjadi di Indonesia, di pasar saham beberapa negara juga terjadi," jelasnya di Jakarta, Selasa (15/11/2016).

Lebih lanjut, dirinya menambah dengan terjadinya gejolak pasar seperti saat ini maka akan terbentuk kestabilan harga baru. Pelaku pasar juga diminta tenang dan jangan berspekulasi karena kebijakan dari Trump sendiri masih belum direalisasikan.

"Kita tunggu saja karena dengan banyaknya isu yang beredar akan menciptakan ekuilibrium?baru," tutur Asmawi.

Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee menuturkan penurunan saham sektor perbankan yang terjadi disebabkan oleh tekanan dari melemahnya nilai tukar rupiah dan juga faktor pemenangan Trump di Amerika Serikat.

"Semenjak Trump menang menyebabkan nilai tukar rupiah anjlok dan adanya capital outflow yang besar, imbasnya juga dirasakan oleh saham sektor perbankan," katanya.

Lebih lanjut, dirinya mengatakan capital outflow pada hari Senin kemarin tercatat mencapai Rp1,9 triliun. Keluarnya dana asing menyebabkan sentimen negatif terhadap perdagangan saham.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: