Pemanfaatan Energi Terbarukan Masih Minim, RI Terancam Gelap Gulita
Kredit Foto: Boyke P. Siregar
Saat ini ada 12.659 desa yang belum sepenuhnya terang. Bahkan sebanyak 2.519 desa di antaranya masih gelap gulita. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) bisa menjadi jawaban untuk meningkatkan elektrifikasi desa-desa yang masih rendah.
?Optimalisasi EBT juga mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang ujung-ujungnya meningkatkan kesejahteraan rakyat ,?Kata Ketua Umum Forum Purnabakti Eselon Satu Indonesia (Forpesi) Iskandar Andi Nuhung di sela-sela seminar Indonesia Terang 2019 di Jakarta, Selasa (29/11).
Andi menambahkan bahwa selama ini konsumsi listrik masyarakat dan dunia usaha dibatasi. Hal ini disebabkan ketersediaan listrik memang masih sangat terbatas. Akibatnya pertumbuhan ekonomi tidak bisa maksimal.
?Hal ini berdampak pada penyerapan tenaga kerja juga menjadi lambat yang berdampak pada rendahnya kesejahteraan rakyat,?tambahnya.
Selama ini lanjutnya, sebagai penggerak ekonomi listrik di Indonesia banyak dihasilkan dari energi fosil, terutama minyak dan batubara. Padahal cadangan energi fosil semakin terbatas. Selain itu keduanya juga menghasilkan dampak lingkungan yang cukup serius. Pada saat yang sama tren global justru sedang mengarah pada keharusan pengurangan emisi gas rumah kaca.
?Pada kondisi ini peran EBT menjadi sangat vital. Sayangnya hingga kini pemanfaatan EBT masih jauh dari optimal. Di sisi lain pemerintah harus mengalokasikan dana yang cukup besar baik melalui APBN maupun APBD untuk membangun pembangkit-pembangkit bertenaga fosil. Solusinya kita harus memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan. Dengan melibatkan masyarakat dan swasta beban berat keuangan pemerintah bisa dikurangi,? Ujarnya.
Sementara itu, Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma mengatakan sebetulnya pemerintah sudah menerbitkan serangkaian perarturan dan perundangan terkait pemanfaatan energi terbarukan. Bahkan sudah ada juga perarturan setingkat Permen.
Meski demikian katanya di lapangan tetap tidak bisa dieksekusi dengan baik. Jika saja semua kendala di lapangan itu bisa diatasi tentu semua pihak akan diuntungkan.
?Pemerintah tidak perlu lagi mengalokasikan APBN dan APBD untuk membangun pembangkit bertenaga fosil. Di sisi lain dunia usaha juga memperoleh peluang usaha yang berprospek bagus. Sementara masyarakat dan kalangan industri juga diuntungkan karena kebutuhan listrik mereka terpenuhi dengan harga yang lebih murah,? Jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Ridha Mulyana mengatakan pemerintah terus berupaya meningkatkan investasi sektor energi baru dan terbarukan di Indonesia lewat berbagai insentif. Saat ini investasi energi baru terbarukan pada kuartal III/2016 telah mencapai USD$ 1,198 miliar atau 87,4% dari target tahun ini sebesar US$ 1,37 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rahmat Patutie
Tag Terkait:
Advertisement