Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi (21/12/2016) bergerak melemah sebesar 79 poin menjadi Rp13.467, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.388 per dolar AS.
"Rupiah kembali melemah walaupun aliran keluar dana asing sedikit mereda. Prospek rupiah dalam jangka pendek masih akan cenderung tertekan oleh situasi global," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu.
Rangga Cipta mengatakan bahwa fokus pelaku pasar cenderung kepada kebijakan Donald Trump yang baru akan dilantik pada pertengahan Januari 2017 nanti. Kebijakan yang mendukung laju pengetatan suku bunga bisa menjadi sentimen negatif di pasar global, termasuk di Indonesia.
Kendati demikian, lanjut dia, harga minyak yang masih menguat memanfaatkan momentum pemangkasan produksi anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dapat menjaga fluktuasi kurs komoditas seperti rupiah stabil.
"Konsistensi kenaikan harga komoditas bisa menjaga tren mata uang domestik," katanya.
Di sisi lain, Rangga mengatakan bahwa meski dalam jangka pendek pelemahan rupiah bisa bertahan, daya tarik imbal hasil tinggi surat utang negara (SUN) serta harapan membaiknya pertumbuhan ekonomi akibat kenaikan harga komoditas bisa mengembalikan sentimen positif terhadap rupiah di jangka menengah.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa adanya sentimen dari pemerintah mengenai rencana akan membentuk tim reformasi perpajakan di bawah Kementerian Keuangan untuk menggenjot penerimaan perpajakan di tahun depan.
"Diharapkan dapat menjaga optimisme pasar terhadap stabilitas ekonomi ke depan," kata Reza Priyambada. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement