Sepanjang tahun 2016 Indonesia mengalami 2.342 kejadian bencana alam, dimana sebanyak 92% merupakanbencana hidrometeorologi yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung. Demikian disampaikan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Human BNBP Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Kamis (29/11)
Menurut Sutopo, Kejadian bencana selama tahun 2016 adalah terbanyak dibandingkan dengan periode sebelumnya 2015 yakni sebanyak 1.732 bencana, sementara pada 2014terjadi sebanyak 1.967 bencana, 2013 sebanyak 1.674 bencana, dan 2012 ada sebanyak 1.811 bencana.
?Kejadian bencana pada 2016 meningkat 35% dibandingkan tahun 2015. Ada 2 hal penyebab yaitu kejadian bencana memang meningkat di samping itu pendataan bencana lebih baik dibandingkan sebelumnya,? ujarnya.
Sutopo juga mengatakan bahwa banjir, longsor dan puting beliung meningkat Selama tahun 2016 salah satunya disebabkan oleh ilkim dimana pada 2016 yaris tidak ada musim kemarau, yang ada adalah kemarau basah. ?Bahkan saat puncak musim kemarau pun banyak terjadi banjir dan longsor. Kemarau basah ini juga menyebabkan kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan berkurang signifikan,? tambanya.
Dampak yang ditimbulkan dari 2.342 bencana selama 2016 telah menyebabkan 522 orang tewas, 3,05 juta mengungsi, 69.287 unit rumah rusak (9.171 rusak berat, 13.077 rusak sedang, 47.039 rusak ringan), 2.311 unit fasum rusak.
Banjir adalah bencana yang paling banyak kejadiannya. Selama 2016 terjadi 766 kejadian banjir yang menyebabkan 147 jiwa meninggal dunia, 107 jiwa luka, 2,72 juta jiwa mengungsi dan menderita, dan 30.669 rumah rusak. Daerah rawan banjir meluas seperti adanya kejadian banjir besar yang sebelumnya belum pernah terjadi seperti banjir di Pangkal Pinang, Kota Bandung, Kota Bima dan lainnya.
Sementara itu, longsor adalah bencana yang paling mematikan selama 2016. Longsor menyebabkan 188 jiwa meninggal dunia. Sejak tahun 2014 ? 2016 adalah bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa meninggal dunia. Tahun 2015 terdapat 135 jiwa meninggal dunia.
Tingginya kerentanan longsor menyebabkan longsor menjadi bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa. Ada 40,9 juta jiwa masyarakat terpapar dari bahaya sedang-tinggi dari longsor.
Puting beliung makin meningkat dan meluas, baik frekuensi, magnitude dan intensitasnya. Daerah-daerah di Indonesia makin terancam dari putting beliung. Ini disebabkan pengaruh perubahan iklim lokal dan global, perubahan penggunaan lahan dan kerusakan lingkungan.
Selama tahun 2016 terjadi 5.578 gempabumi atau rata-rata 460 gempa setiap bulan, dan 12 gempa diantaranya merusak. Berdasarkan kekuatannya terdapat 181 kali gempa di atas M 5, 10 kali gempa dengan kekuatan M 6-6,9 dan 1 kali gempa berkekuatan M 7,8 (pada 2/3/2016).
Beberapa gempa yang merusak antara lain:
Gempa M 5,5 di Ambalau, Buru Selatan, Maluku Utara (17/1/2016) = 1 oran meninggal dunia (MD), 329 rumah rusak.
Gempa M 6,5 di Pesisir Selatan (2/6/2016) = 1 MD, 18 luka, 114 RB, 612 RS, 1.905 RR.
Gempa M 6,5 di Pidie Jaya (7/12/2016) = 103 MD, 267 LB, 127 LR, 91.267 mengungsi, 2.357 RB, 5.291 RS, 4.184 RR.
Sumber gempa ada 3 yaitu dari lempeng, zona subduksi dan sesar di darat.
Kejadian gempa M 7,8 dan tsunami kecil pada 2/3/2016 memberikan pembelajaran bahwa peringatan dini sudah berjalan dengan baik. Namun masih ada masalah di hilirnya yaitu respon Pemda dan masyarakat saat terjadi peringatan dini tsunami.
Kebakaran hutan dan lahan selama 2016 dapat dikendalikan dengan baik. Pencegahan yang dilakukan serius oleh Pemerintah dan Pemda telah menyebabkan jumlah hotspot menurun 80% dibandingkan tahun 2015. Tidak ada daerah di Sumatera dan Kalimantan yang tertutup asap pekat seperti halnya tahun 2015.
Kerusakan dan Kerugian Bencana
Rata-rata setiap tahun kerusakan dan kerugian akibat bencana sekitar Rp 30 trilyun. Ini di luar bencana besar. Dampak ekonomi akibat bencana selama tahun 2016 lebih rendah dibandingkan tahun 2015. Kerusakan dan kerugian akibat bencana tahun 2015 sebesar Rp 241 trilyun yaitu Rp 221 trilyun akibat kebakaran hutan dan lahan, dan Rp 20 trilyun akibat bencana lainnya.
Kerusakan dan kerugian akibat bencana 2016, Banjir bandang di Garut Rp 295,8 milyar (kebutuhan recovery Rp 690,7 milyar);
Gempabumi Pidie Jaya, Pidie dan Bireuen Rp 2,94 trilyun, dimana kerusakan Rp 2,79 trilyun dan kerugian Rp 151,6 milyar ? (kebutuhan recovery Rp 2,4 trilyun);
Banjir Bima Rp 1,04 trilyun (data sementara);
Banjir di Pangkal Pinang Rp 94 milyar;
Banjir di Bengawan Solo (Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik) Rp 100 milyar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait:
Advertisement