Upaya pemerintah untuk menjadikan industri perbankan tanah air mampu bersaing dengan perbankan asing terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan skema konsolidasi perbankan.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengungkapkan faktor utama yang akan menjadi fokus pemerintah terletak pada upaya penyehatan setiap lembaga perbankan.
"Sesudah itu, kita dorong untuk konsolidasi, tambah modal," katanya di Jakarta, Jumat (30/12/2016).
Lebih lanjut, dirinya mengatakan kebutuhan ekspansi pasca-konsolidasi akan membutuhkan modal. Nah, perihal modal itu diberi keleluasaan kepada lembaga perbankannya untuk melakukan penambahan. Namun, pihak otoritas mengaku akan mendorong proses konsolidasi berjalan secara natural.
Rencana konsolidasi perbankan ini sejatinya dipersiapkan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada sektor perbankan di 2020 mendatang. Sebelumnya pemerintah juga berniat melebur empat bank pelat merah dengan aset terbesar.
Empat bank BUMN beraset besar yang siap dilebur adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia, jumlah aset Bank Mandiri per kuartal tiga tahun ini mencapai Rp975,16 triliun, sementara untuk BRi nilai asetnya mencapai Rp975,16 triliun, kemudian BTN memiliki aset sebesar Rp197,29 triliun, dan BNI menggengam aset sebesar Rp571,5 triliun. Jika digabungkan aset ke empat BUMN tersebut nilainya akan mencapai Rp2.675,64 triliun.
Nah, mengacu pada data resmi DBS Group Ltd, nilai aset salah satu lembaga perbankan di ASEAN tersebut mencapai US$450,88 miliar atau sekitar Rp5.000 triliun per Juni 2016.
Dari data tersebut terlihat jika memang rencana konsolidasi yang akan dikejar, tampaknya masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan.Mengingat dalam era MEA perbankan tanah air akan langsung berhadapan dengan banyak raksasa perbankan asing lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement