Raksasa farmasi Jepang, Takeda sepakat mengakuisisi produsen obat Amerika Serikat, Ariad dengan nilai kesepatakan US$ 5,2 miliar. Ariad adalah perusahaan farmasi khusus pembuat obat-obatan untuk? penyakit leukimia dan kanker.
Mengutip BBC di Jakarta, Selasa (10/1/2017) akuisisi telah disepakati oleh perusahaan tapi masih menunggu lampu hijau dan regulator AS. Nilai penawaran Takeda bernilai 75%, di atas penutupan harga saham Ariad pada Jumat. Kendati demikian,? beberapa analis menilai tawaran dari pesaing lain tidak boleh dianggap remeh.
Belakangan ini, obat kanker begitu menarik perhatian perusahaan-perusahaan farmasi sehingga perusahaan berani membeli dengan harga tinggi untuk produk yang menjajikan.? Fenomena ini telah terbukti ketika perusahaan farmasi Medivation membeli Pfizer senilai US$ 14 miliar pada Agustus lalu. Kesepakatan tersebut muncul empat bulan setelah Pfizer dan Alergan Plc, ?perusahan farmasi asal Irlandia? membatalkan kesepakatan merger senilai US$ 160 miliar.
Sebelumnya, Pfizer telah mengakuisisi Anacor Pharmaceuticals Inc, yakni produsen obat eksim dengan kesepakatan senilai US$ 5,2 miliar. Perusahan juga berusaha untuk mengejar ketertinggalan dengan Merck & Co dan Bristol-Myers Squibb Co yang sedang mengembangkan obat imuno-onkologi yang bekerja mempertahankan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.
Pendorong pertumbuhan terbesar bagi Pfizer adalah obat kanker payudara terbaru yang disebut Ibrance.
Takeda saat ini sedang mencari obat terbaru untuk membantu penjualan di masa depan. Kesepakatan dengan Ariad akan memberikan Takeda akses untuk obat leukemia seperti Iclusig dan dan obat kanker paru-paru, Brigatinib.
Kesepakatan ini akan memberikan Takeda pasar yang lebih luas di Amerika Serikat, bahkan di Asia.? Tingginya permintaan obat kanker oleh produsen membuat obat ini begitu mahal di pasaran.
Ariad pernah mendapatkan kritikan dari politisi Amerika Serikat, Bernie Sanders karena menaikan? harga obat Iclusing selama empat kali tahun dalam setahun.
Tingginya nilai akuisisi membuat Takeda akan terus dipantau oleh regulator AS, karena ada kekhawatiran perusahaan akan menaikan harga obat untuk menutupi pengeluaran.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Sucipto
Advertisement