Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

KPPU: Rantai Pasok Panjang Picu Kenaikan Harga Cabai

KPPU: Rantai Pasok Panjang Picu Kenaikan Harga Cabai Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bersama Pemerintah Kota Makassar dan Bank Indonesia (BI) melakukan pemantauan harga cabai di salah satu pasar tradisional Kota Makassar yakni Pasar Pabaeng-baeng, Rabu, 11 Januari. Hasilnya, terungkap kenaikan harga cabai yang sempat terjadi pada awal tahun dipicu panjangnya rantai pasok dari petani ke pedagang akhir.?
Kepala Kantor Perwakilan Daerah KPPU Makassar, Ramli Simanjuntak, mengungkapkan distribusi cabai terlalu panjang. "Temuan yang kita peroleh tadi terungkap bahwa ternyata rantai pasok cabai sampai lima tingkat, mulai dari petani, pengumpul petani, pengumpul pasar, pedagang besar sampai pedagang akhir," kata Ramli, Rabu (11/1/2017).
Panjangnya rantai pasok, Ramli menerangkan tentunya berimbas pada harga komoditas tersebut. Pasalnya, pasti ada margin alias selisih harga pada tiap tingkatan rantai pasok. Ramli menyebut bila tiap tingkatan rantai pasok mengambil untung Rp5.000 per kilogram, maka sudah ada selisih Rp25 ribu dari harga awal di petani untuk sampai kepada konsumen.
Berdasarkan pantauan KPPU, harga cabai hari ini di Pasar Pabaeng-baeng berkisar Rp70 ribu per kilogram. Harganya di petani diperkirakan Rp50-55 ribu per kilogram. Masalahnya, para pedagang tidak memiliki akses langsung ke petani. Kebanyakan pedagang di Pasar Pabaeng-baeng ternyata mengambil cabai di pedagang besar yang berada di Pasar Terong.
Ramli mengatakan pihaknya segera mengecek harga dan pasokan cabai di Pasar Terong sampai ke petani pemasok di sejumlah daerah, seperti Enrekang, Jeneponto dan Bantaeng. Sejauh ini, pihaknya belum berani menyimpulkan adanya mafia alias kartel di balik kenaikan harga cabai. Namun, bila ditemukan, pihaknya akan bertindak tegas. "Penimbunan yang mempengaruhi harga pasti ditindak."
Kepala Kantor Perwakilan BI Sulsel, Wiwiek Sisto Widayat, mengatakan cabai masuk kelompok volatile food yang harganya terkadang fluktuatif. Kendati demikian, Sulsel ditegaskannya tidak pernah mengalami masalah terkait cabai. Bahkan, daerah ini surplus dan kerap mengirim ke luar provinsi. "Itu karena produksi cabai di Enrekang saja sudah bisa memenuhi kebutuhan cabai di Sulsel," ucap dia.
Wiwiek melanjutkan harga cabai pada hari ini sudah cenderung menurun dan stabil. Tidak hanya cabai, lanjut dia, harga pangan lain yang masuk velotile food, seperti bawang merah dan bawang putih pun cukup stabil. "Harganya kan sekarang sudah menurun dan persediaannya pun cukup," tutur dia.
Wakil Wali Kota Makassar, Syamsu Rizal, mengatakan pihaknya sudah memastikan bahwa tidak ada penimbunan cabai yang dilakukan oleh mafia dan kartel. Ia menduga kenaikan cabai di Makassar lebih ke faktor psikologis yakni para pedagang melihat di televisi bahwa harga cabai di daerah lain melambung sehingga ikut juga menaikkannya. "Belum ada indikasi kartel, semuanya masih karena mekanisme pasar," kata dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: