Tahun Ini Produksi Sawit Diprediksi Naik, Pengusaha Diminta Tetap Stabilkan Harga
Kredit Foto: Vicky Fadil
Produksi Kelapa Sawit Indonesia tahun 2016 mengalami penurunan sekitar 5 % akibat cuaca buruk di tahun 2015. Hal ini diakui oleh Mantan Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit, Bayu Krisnamurthi.
"Jadi, tanaman perkebunan seperti sawit kalau kering 2015 bakal berdampak pada produksi di 2016." Katanya saat menghadiri Pertemuan Nasional Sawit Indonesia di Jonggol, Bogor, Sabtu (4/2/2017).
Lebih lanjut, Bayu mengatakan pada 2016 panen bagus akan berlanjut sampai tahun 2017. "Nanti kita akan nikmati pertumbuhan produksi di 2017, karena iklim yang baik 2016 diperkiraan paling tidak kembali ke posisi 2014-2015 jadi koreksi turun kemarin yang 5-15%, dan bakal kembali ke posisi itu mungkin naik sedikit." Paparnya.
Selain itu, Bayu yang juga Ketua Himpunan Ekonomi Petani Indonesia, memaparkan. Turunnya produksi yang mempengaruhi harga tinggi ternyata naik permintaan dibeberapa negara, "Seperti Jepang dan Korea memiliki permintaan sekitar 30 juta ton per tahun untuk bio massa , dan kita baru ekspor 5,1-5,2 juta ton. Jadi prospeknya sangat besar pasokan cangkang bungkil sawit untuk bio massa," paparnya.
Ia meminta pengusaha sektor industri sawit termasuk para petani jangan lengah, tapi jangan bergembira juga dengan harga tinggi sekarang.?
"Karena ada dua masalah harga yang tinggi cenderung jatuh. Jadi jangan naikkan terlalu tinggi, lebih baik kita berada pada posisi yang wajar. Menurut saya sekitar USD 700-750 (per matric ton / MT) saja jangan lebih dari itu," terangnya.
Lebih jauh, Mantan Wakil Menteri Perdagangan ini menjelaskan. Batas harga yang harus digunakan tersebut agar selisih harga sawit dengan kedelai jangan terlalu dekat. "Hal tersebut nantinya akan membuat daya saing kita berkurang." Ujarnya lagi.
Bayu menilai, Seperti Gorengan, makanan yang sangat populer di lapisan masyarakat itu, Dari total produksi minyak sawit saat ini 40% digunakan untuk gorengan baik dalam atau luar negeri. "Kegiatan ini yang sebenarnya menjadi salah satu pilar keberhasilan kelapa sawit Indonesia, sisanya berbentuk bahan baku nabati biodisel 40%, sisanya sabun kosmetik kombinasinya sama untuk pasar domestik atau internasional," tukasnya.
Selain itu, Bayu mengatakan dampak penurunan produksi tahun 2016 disebabkan minimnya tangki penampung minyak kelapa sawit, "Jadi kalau produksi kita lewat 35 juta ton, paling tidak kita harus punya tangki timbun 6-7 juta ton. Karena untuk atur suplai tidak tergantung ketika panen giling langsung dijual. Jadi swasta harus membangun tangki timbum di Kalimantan, sebab produksi akan bergeser dari Sumatra ke Kalimantan." Tutupnya
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Vicky Fadil
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement