Harga komoditas unggulan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Mesuji, Lampung, mengalami kenaikan menjadi Rp1.900 per kg dan merupakan harga tertinggi sejak sepekan awal tahun 2017 ini.
Menurut Yadi, seorang petani sawit di Desa Wirabangun, Kecamatan Simpang Pematang, Mesuji, Senin (6/2/2017), dirinya sangat puas dengan harga TBS sawit yang cukup tinggi tersebut dan berharap kondisi ini tidak segera berubah. "Tapi, ya kita tidak tahu sampai kapan harga sawit bertahan tinggi itu," ujarnya pula.
Menurut Yayan, pengelola satu lapak sawit di Kecamatan Simpang Pematang, saat ini harga sawit memang sedang bagus-bagusnya.
"Ini pabrik juga kontak terus supaya kami suplai TBS, dengan harga dibandrol tinggi. Tapi ya gimana, buah sekarang mulai turun juga produksinya," katanya lagi.
Salah satu pabrik kelapa sawit (PKS) di Agungbatin, Simpang Pematang PT Garuda Bumi Perkasa yang menerima TBS umum dari masyarakat, membenarkan kondisi harga sawit tinggi.
Staf Personalia pabrik tersebut Ambia menyebutkan dalam beberapa hari ini, pihaknya menerima 800 ton hingga 1.000 ton sawit per hari.
Namun kenaikan harga kelapa sawit yang semula sempat anjlok hingga Rp700/kg, dan sempat naik mencapai kisaran Rp1.000/kg, juga berdampak rawan terjadi kriminalitas pencurian buah sawit.
Menurut Susilo, salah satu pedagang di Pasar Simpang Pematang, dengan kenaikan harga sawit berdampak banyak warga yang berbelanja ke pasar. "Yang terasa ya itu, banyak yang beli sekarang. Setengah bulan lalu, wah sepi pasar ini," katanya lagi.
Dalam rapat koordinasi Pemkab Mesuji beberapa waktu lalu, kenaikan harga sawit juga menjadi pembahasan. Salah satu peserta rapat itu, Camat Mesuji Timur Pariman mengatakan dalam forum tersebut warganya saat ini menerima hasil pembagian sawit plasma cukup tinggi.
"Saya dapat laporan dari warga, mereka yang punya plasma dengan kebun sawit perusahaan dapat pembagian hasil antara Rp5 juta dan Rp7 juta per kaveling. Ini menjadi kabar baik saat ini," kata dia.
Selain TBS sawit, harga getah karet juga mulai mengikuti tren naik. Sebelumnya hanya Rp5.000-Rp6.500/kg, saat ini sudah berkisar Rp11.000/kg.
Wanda agen karet di Simpang Pematang mengungkapkan kenaikan harga karet ini sudah berlangsung satu pekan terakhir. "Kami memang mendapat informasi harga langsung dari pabrik. Jadi kami juga naikkan pembelian ke petani," katanya lagi.
Pada pabrik pengolahan getah karet milik BW Group di Simpang Pematang, banyak petani yang langsung menyetor ke pabrik dengan menggunakan mobil pick up pribadi.
Manajer Personalia pabrik karet tersebut, Sri, mengungkapkan saat ini pihaknya menerima karet langsung dari masyarakat.
"Memang kami punya standar tertentu karena hasil pengolahan karet kami ini langsung diekspor ke Tiongkok untuk dijadikan bahan baku ban. Khusus ban, tidak yang lain," ujarnya pula.
Santoso, petani karet setempat, mengaku sangat senang dengan kenaikan harga jual karet di Mesuji. "Saya senang, kebutuhan hidup keluarga sudah bisa diatur. Cukup," ujar dia.
Ia berharap harga saat ini bisa bertahan lama atau naik lebih tinggi, mengingat harga karet di Mesuji sempat menyentuh Rp18.000/kg.
Namun dari berbagai komoditas yang banyak dijadikan sumber penghasilan warga Mesuji, hanya harga singkong yang belum bisa seperti sebelumnya.
"Harga singkong masih hancur mas, sekarang cuma Rp600 per kg di pabrik, belum potong ongkos cabut, transportasi, dan potongan kadarnya. Paling bersih kami terima Rp350-Rp400 per kg, itu sudah bagus saat ini," ujar Zaini, petani singkong di Way Serdang, Mesuji. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement