Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Menteri Keuangan Sri Mulyani memiliki catatan tersendiri terkait dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2016 lalu yang hanya sebesar 5,02 persen. Ia menuturkan salah satunya karena masih rendahnya investasi di tanah air.
"Permintaan masih robust (kuat), bahkan di atas pertumbuhan selama 10 tahun terakhir di atas lima persen. Tapi, sisi investasi di bawah lima persen. Ini adalah PR (pekerjaan rumah) kita untuk diperbaiki di 2017," katanya di Jakarta, Selasa (7/2/2017).
Ia mengatakan hal yang juga menjadi catatan pertumbuhan ekonomi yang tidak mencapai target tersebut karena adanya pemotongan belanja pemerintah. Pemotongan dana belanja pemerintah memang membuat pertumbuhan ekonomi turun 0,15 persen.
Akan tetapi, tambah Sri, pemotongan ini dilakukan untuk menjaga kondisi fiskal tetap terjaga. Juga berdampak positif pada penurunan defisit anggaran. Jika tahun 2015 defisitnya mencapai 2,53 persen, tahun lalu defisit relatif lebih baik sebesar 2,46 persen.
"Secara nominal memang belanja pemerintah merupakan salah satu faktor pertumbuhan semester kedua, tapi itu dibutuhkan untuk menjaga agar fiskal policy suistainable dan tidak jadi persoalan kredibilitas," jelasnya.
Meski begitu, pertumbuhan ekspor di akhir tahun lalu menunjukkan perkembangan positif. Hal ini diharapkan bisa terus dijaga pada tahun ini agar pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dapat tercapai.
Sekedar informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada bulan Desember 2016 sebesar 4,94 persen. Dengan demikian, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2016 sebesar 5,02 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement