Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Senin sore (13/2/2017) bergerak menguat sebesar 10 poin menjadi Rp13.300, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.319 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa defisit transaksi berjalan pada triwulan empat 2016 yang menurun menjaga fluktuasi mata uang rupiah terhadap dolar AS.
"Tren penurunan defisit transaksi berjalan yang konsisten akan mendorong tren penguatan rupiah dalam jangka panjang," katanya.
Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan triwulan empat 2016 tercatat sebesar 1,8 miliar dolar AS (0,8 persen dari PDB), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,7 miliar dolar AS (1,9 persen dari PDB), ditopang oleh perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan pendapatan primer.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa isu inflasi yang naik pada tahun ini 2017 dapat menahan laju mata uang rupiah terhadap dolar AS, di pekan kedua Februari 2017, survei Bank Indonesia menunjukkan peluang inflasi naik ke 3,95 persen (year on year).
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS yang tertekan itu juga seiring dengan penurunan tingkat keyakinan konsumen AS di bulan ini menjadi sebesar 95,7 dari sebelumnya 98,5.
Fokus selanjutnya, ia mengatakan bahwa pelaku pasar uang akan mencermati testimonial Gubernur Federal Reserve Janet Yellen. Investor akan menilai langkah kebijakan Yellen setelah bank sentral menaikkan proyeksi inflasinya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.330 dibandingkan Jumat (10/1) Rp13.318. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement