Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BMKG Nilai Hujan yang Terjadi Hanya Fenomena Lokal

BMKG Nilai Hujan yang Terjadi Hanya Fenomena Lokal Awan tebal menyelimuti kota Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (27/11)). BMKG Sulsel meminta warga mewaspadai cuaca buruk hingga akhir Desember 2017 dengan curah hujan mencapai 60 mm hingga 150 mm per hari yang disertai petir dan angin kencang. | Kredit Foto: Antara/Yusran Uccang
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya mengatakan hujan yang terjadi di ibukota dan sejumlah daerah hingga menyebabkan banjir beberapa hari terakhir merupakan fenomena lokal.

"Keadaan cuaca saat ini seperti cuaca antara 2015-2016, netral saja sebetulnya, yang terjadi sekarang ini adalah fenomena lokal. Hujan ini masih belum di atas rata-rata," kata Andi di Jakarta, Senin (20/2/2017).

Andi menjelaskan, faktor-faktor penyebab cuaca ekstrem juga tidak muncul seperti La Nina, El Nino, Dipole Mode maupun massa udara basah.

"Jadi gejalanya adalah gejala lokal, misalnya katakanlah dalam gejala ini terjadi tekanan rendah yang kemudian memicu timbulnya konvergensi. Ini karena ada tekanan rendah di sebelah utara Australia," katanya.

Jika tekanan rendah tersebut hilang, maka dengan sendirinya kondisi cuaca akan membaik, tambah dia.

Andi juga menyebutkan bahwa jika dibandingkan hujan yang terjadi pada Januari dan Februari 2017 masih di bawah normal 30 tahunan.

"Tapi kenapa timbul banjir. Ada beberapa faktor yang perlu kita lihat, misalnya luas permukaan tanah untuk menyerap air yang semakin berkurang, faktor lain adanya rob juga sampah yang menutup saluran air," tambah dia.

Namun Andi mengimbau kepada masyarakat terutama di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang dalam satu dua hari ke depan akan menghadapi hujan dengan curah yang tinggi.

"Hal ini disebabkan karena badai tropis Alfred yang terjadi di Australia akan sangat berpengaruh terhadap intensitas hujan," ujar Andi.

Sebelumnya muncul tekanan rendah di Teluk Carpentaria yang memicu pumpunan awan dan saat ini tumbuh menjadi badai tropis. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: