Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BMKG Deteksi Dua Titik Panas di Riau

BMKG Deteksi Dua Titik Panas di Riau Kepulan asap dari pembakaran hutan untuk membuka lahan perkebunan di dataran tinggi Nisam Antara, Aceh Utara, Aeh, Minggu (30/7). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh menyebutkan 49 titik panas terpantau oleh satelit berada di delapan wilayah di Aceh sehingga menyebabkan bencana kabut asap hampir merambah 23 kabupaten/kota di Aceh. | Kredit Foto: Antara/Rahmad
Warta Ekonomi, Pekanbaru -

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi dua titik panas yang mengindikasikan adanya kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, Jumat (10/3/2017).

"Dua titik panas dengan tingkat kepercayaan diatas 50 persen terpantau di Pelalawan dan Meranti," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru.

Ia menjelaskan titik panas tersebut terpantau satelit Terra dan Aqua pukul 16.00 WIB hari ini. Secara umum, Sugarin mengatakan cukup banyak titik panas yang terpantau satelit hari ini. Selain di Riau, sebaran titik panas juga terpantau di Sumatera Selatan enam titik, diikuti Bengkulu lima titik, Lampung dua titik dan Sumatera Barat satu titik.

Khusus di Riau, titik panas yang terpantau hari ini merupakan yang kedua kali dalam tiga hari. Terakhir titik panas terpantau pada Rabu lalu (8/3) tepatnya di Pelalawan.

Sugarin menuturkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) masih berpotensi terjadi di Riau, meski saat ini banjir melanda lima kabupaten, termasuk Pelalawan.

Hal ini dikarenakan intensitas hujan diprediksi mengalami penurunan dalam beberapa hari kedepan, terutama diwilayah tengah dan selatan Riau.

"Hujan tetap terjadi di sejumlah daerah di Riau, namun di beberapa titik intensitasnya sedikit dan tidak merata," jelasnya.

Keberadaan dua titik panas yang terpantau BMKG di Riau merupakan yang pertama dalam dua pekan terakhir. Rokan Hilir merupakan wilayah terakhir yang terbakar pada akhir Februari 2017 lalu, dengan total luas kebakaran mencapai 100 hektare.

Memasuki Maret 2017, intensitas hujan di Riau meningkat. Puncak musim hujan diprediksi terjadi pada akhir Maret hingga April 2017.

Dampak meningkatnya curah hujan adalah lima kabupaten di Provinsi Riau terendam banjir. Diantaranya adalah Pelalawan, Kuantan Singingi, Kampar, Rokan Hulu dan Indragiri Hulu.

Sementara di wilayah pesisir seperti Bengkalis dan Meranti intensitas hujan lebih sedikit. "Ini yang perlu diwaspadai karena potensi kebakaran masih tetap ada," terangnya.

Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman telah menetapkan status siaga darurat bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan 2017. Status siaga itu efektif berlaku selama 96 hari hingga 30 April 2016.

Penetapan itu menyusul mulai terpantaunya titik-titik panas di sejumlah kabupaten di Riau pada awal Januari 2017. Satuan tugas penanggulangan kebakaran hutan dan lahan Riau sempat disibukkan dengan titik-titik panas yang terpantau itu.

Namun saat ini Riau dihadapkan pada masalah banjir. Banjir disebabkan akibat meningkatnya curah hujan serta kiriman dari Provinsi Sumatera Barat.

Berdasarkan data BPBD, di Pelalawan banjir terpantau masih merendam Kecamatan Langgam, setelah sebelumnya satu kecamatan lain yakni Kecamatan yakni Ukui juga terendam.

Sementara Kampar merupakan kabupaten yang dilanda banjir terparah. Sedikitnya 12 kecamatan dengan ribuan kepala keluarga terdampak banjir di Kampar.

Di Rokan Hulu tercatat sebanyak 7.615 jiwa terdampak banjir akibat meluapnya sungai Rokan dan Batang Lubuh. Banjir terjadi di tiga Kecamatan yakni Bonai Darussalam, Tambusai dan Rambah Hilir. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: